Berita Profil Capres Iran Saeed Jalili, Mantan Pemimpin Negosiator Nuklir

by


Jakarta, Pahami.id

Iran menggelar pemilihan presiden putaran pertama sejak Jumat (28/6) untuk mencari penerus almarhum Ibrahim Raisi yang meninggal dalam kecelakaan pesawat.

Namun, pada pemilu presiden putaran pertama pekan lalu, tidak ada calon presiden yang mendapat suara istimewa. Pilpres putaran kedua akan digelar hari ini, Jumat (5/7) waktu setempat.

Saeed Jalili menjadi salah satu kandidat utama dan melaju ke putaran kedua.


Sebagai mantan ketua perunding, Saeed Jalili menjadi orang pertama yang mendaftar sebagai calon presiden pada 30 Mei.

Ia juga disebut tidak akan menyia-nyiakan “peluang bersejarah” yang dihadapi negara tersebut.

Saeed Jalili adalah seorang politisi dan administrator veteran. Dia memegang banyak peran penting sepanjang karirnya.

Peluncuran dari Lebih banyak berita, Jalili lahir di kota Masyhad pada tahun 1965 dari pasangan Mohammad Hassan Jalili. Ayahnya adalah seorang guru dan kepala sekolah Perancis, sedangkan ibunya berasal dari kota Ardabil.

Jalili menyelesaikan pendidikannya dari tingkat dasar hingga menengah di kampung halamannya, Mahsyad.

Setelah mengenyam pendidikan formal, beliau melanjutkan studi di Shahid Beheshti University hingga memperoleh gelar Sarjana Teknik Komputer pada tahun 1979. Kemudian beliau juga menyelesaikan pendidikan doktoralnya pada tahun 1991.

Berdasarkan laman resmi Jalili, saat ini beliau menjabat sebagai Associate Professor di Fakultas Teknik Elektro dan Komputer sejak tahun 1993.

Selain itu, Jalili pernah bertugas di medan perang pada perang Irak-Iran pada tahun 1986. Akibat perang tersebut, ia mengalami luka berat dan kehilangan sebagian kaki kanannya.

Setelah perang, ia dipercaya menjadi kepala negosiator nuklir dan kepala Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran.

Kini, Jalili menjadi satu dari empat kandidat pemilu presiden Iran ke-13. Ia pun mengumumkan rencana di berbagai bidang saat terpilih menjadi presiden, khususnya di bidang ekonomi.

Pemilihan presiden Iran diadakan lebih awal dari perkiraan, untuk mencari pengganti mendiang Ebrahim Raisi, yang meninggal dalam kecelakaan pesawat Mei lalu.

Pemilihan presiden Iran diikuti oleh warga negara yang berusia minimal 18 tahun. Pemenang akan ditentukan berdasarkan suara terbanyak dengan lebih dari 51 persen suara.

(val/bac)