Berita Presiden Tertua di Dunia, Pimpin Kamerun 8 Periode

by
Berita Presiden Tertua di Dunia, Pimpin Kamerun 8 Periode


Jakarta, Pahami.id

Paulus Biya (92) kembali mengukuhkan dirinya sebagai presiden untuk periode kedelapan setelah memenangkan pemilihan presiden (PILPRES) di Kamerun.

Dewan Konstitusi Kamerun mengatakan Biya memperoleh 53,7 persen suara dan mantan Menteri Pemerintahan Issa Tchiroma Bakery memperoleh 35,2 persen.

“Ini dinyatakan Presiden terpilih: Kandidat Biya Paul,” kata Presiden Dewan Konstitusi Clement Atangana, Senin (27/10), dikutip CNN.


Lantas, siapakah Paul Biya yang merupakan kepala negara tertua yang menjabat?

Paul Biya lahir pada 13 Februari 1933 di Mvomeka saat Kamerun masih berada di bawah kendali Prancis. Negara Afrika ini kemudian merdeka dari Perancis pada tahun 1960.

Perkenalan Biya dengan politik dapat ditelusuri kembali ke bangku kuliah. Saat itu, ia mengambil jurusan politik dan hukum di sebuah perguruan tinggi di Perancis dan kembali ke Kamerun pada tahun 1960.

Sepanjang tahun 1960-an, Biya memegang berbagai posisi pemerintahan di Kamerun. Pada bulan Juni 1975, Biya menjadi perdana menteri di bawah pemerintahan Presiden Ahmadou Ahidjo, seperti dikutip oleh Britannica.

Kemudian pada tahun 1982, Ahidjo tiba-tiba mengundurkan diri. Situasi ini membuat Biya duduk di kursi presiden sesuai konstitusi. Ia kemudian dilantik pada 6 November tahun yang sama.

Saat itu, Ahidjo masih menjadi ketua partai politik nasional Kamerun Nasional (UNC). Pada awalnya peralihan pemerintahan berlangsung damai.

Namun, perselisihan antara keduanya meningkat karena Biya ingin memperluas pengaruhnya. Kemudian pada Agustus 1983, Ahidjo diminta mengundurkan diri sebagai ketua UNC.

Bulan berikutnya, dalam kongres luar biasa, Biya terpilih memimpin UNC. Dua tahun kemudian, dia terpilih kembali sebagai presiden pada tahun 1984.

Pada tahun itu, terdapat tuduhan bahwa Ahidjo dan para pendukungnya di UNC sedang merencanakan kudeta untuk menggagalkan kemenangan. Namun, upaya tersebut gagal.

Kemudian pada tahun 1985 selama Kongres UNC, Biya membubarkan partai tersebut dan mendirikan Gerakan Demokratik Rakyat Kamerun (Rassemblement Démocratique de Peuple Camerounais/RDPC).

Kemudian pada tahun 1992, Kamerun mengadakan pemilu multipartai untuk pertama kalinya dan lagi-lagi Biya tetap menang.

Pemilu berikutnya dilaksanakan pada tahun 1997, yang saat itu masa jabatan presiden hanya lima tahun. Belakangan, Biya mengubah UUD selama tujuh tahun sehingga diadakan pemilu baru pada tahun 2004.

Tak sampai disitu saja, pada tahun 2008 Biya mengambil langkah kontroversial dengan menghapuskan masa jabatan presiden dan membuka jalan baginya untuk mencalonkan diri kembali pada pemilu berikutnya.

Ia terpilih kembali menjadi presiden pada pemilu 2011 dan 2018, kemudian pada pemilu tahun ini.

Selama menjadi presiden, ia memerintah dengan tangan besi. Biya juga kerap menekan lawan atau pihak yang mengkritik kebijakannya.

Di bawah kepemimpinan Biya, Kamerun juga menghadapi berbagai masalah akut seperti korupsi dan konflik kekerasan separatis di kawasan Barat.

Biya juga menjadi kepala negara tertua di dunia yang menjabat dengan usia 92 tahun. Jika berhasil menyelesaikan masa jabatannya, maka di tahun terakhirnya Biya akan berusia 99 tahun.

Posisi kedua sebagai kepala negara tertua di dunia ditempati oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang kini berusia 89 tahun.

(ISA/ISA/Juni)