Jakarta, Pahami.id —
Ribuan taman kanak-kanak atau taman kanak-kanak (TK) terpaksa ditutup atau diubah fungsinya Cina karena kurangnya siswa.
Kekurangan siswa ini terjadi seiring dengan terus menurunnya populasi anak akibat menurunnya angka kelahiran di Tiongkok.
Saat ini, Tiongkok sedang menghadapi krisis pemuda karena ratusan juta penduduknya akan memasuki usia tua dalam beberapa dekade mendatang.
Sementara itu, tingkat kelahiran di Tiongkok yang sangat rendah menyebabkan kesenjangan populasi semakin meningkat.
“(Masalahnya) menjadi sangat jelas karena jumlah anak terus berkurang,” kata Kepala Taman Kanak-kanak Li Xiuling AFP pada Kamis (11/7).
Beberapa Taman Kanak-Kanak yang sudah tidak beroperasi lagi dialih fungsikan menjadi tempat lain, salah satunya menjadi Puskesmas Lansia.
Li juga begitu. Ia mengubah bekas taman kanak-kanak menjadi pusat kesehatan dan sosial bagi lansia di lingkungannya.
“Setelah TK saya kosong, saya berpikir bagaimana memanfaatkannya sebaik mungkin,” imbuhnya.
Li mendirikan taman kanak-kanak tersebut pada tahun 2005 dan telah mendidik hingga 280 anak. Namun taman kanak-kanak tersebut akan ditutup pada tahun 2023 karena kekurangan siswa baru.
Pada Desember 2023, Li mengubah taman kanak-kanaknya menjadi pusat rekreasi dan pembelajaran bagi para lansia.
Gedung yang terletak di Provinsi Taiyuan, Tiongkok ini menampung sekitar 100 mahasiswa musik, semuanya berusia di atas 50 tahun.
Tak hanya musik, sekolah Li yang kini bernama Impressions of Youth juga mengajarkan tari, modeling, dan mata pelajaran lainnya kepada para lansia.
“Ini ide yang cukup progresif. Mereka mulai mewujudkan beberapa impian yang mereka impikan ketika masih muda,” ujarnya seperti dikutip. Selat Times.
Jumlah penduduk Tiongkok kembali menyusut selama dua tahun berturut-turut dengan jumlah penduduk berkurang sebanyak 2,08 juta jiwa pada tahun 2023. Jumlah penduduk Tiongkok kini berjumlah 1,409 miliar jiwa.
Jumlah ini melebihi penurunan populasi pada tahun 2022 yang mencapai 850.000 jiwa, yang merupakan krisis populasi pertama di Tiongkok sejak tahun 1961.
Biro Statistik Nasional (NBS) menyatakan angka kelahiran di Tiongkok juga terus turun hingga mencapai rekor terendah yakni 6,39 kelahiran per 1.000 orang. Jumlah ini turun dibandingkan 6,77 kelahiran per 1.000 penduduk pada tahun 2022.
Artinya, hanya akan ada 9,02 juta bayi yang lahir pada tahun 2023, dibandingkan 9,56 bayi yang lahir pada tahun 2022.
Penurunan populasi ini menandai fenomena resesi seksual dan tantangan demografi yang dihadapi pemerintahan Presiden Xi Jinping di tengah pelemahan ekonomi Tiongkok belakangan ini.
(rds)