Jakarta, Pahami.id —
Wakil Ketua DPD RI Sultan Najamudin mengungkapkan inti permasalahan yang menyebabkan Sidang Paripurna DPD RI ke-12 Sidang V 2023-2024 diwarnai perselisihan pendapat yang nyaris berujung ricuh.
Sultan menjelaskan, perselisihan yang nyaris berujung ricuh itu terjadi karena kinerja Tim Kerja (Timja) dalam menyelenggarakan perbaikan peraturan dan perundang-undangan DPD RI yang tidak transparan.
“Ini soal transparansi, itu yang diminta teman-teman saya karena di Timja dianggap tidak transparan. Itu yang akhirnya bikin gaduh,” kata Sultan usai rapat di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat ( 12/7). ).
Sultan menilai Timja DPD RI perlu mengikuti cara Panitia Khusus (Pansus) dalam menyusun perbaikan peraturan dan perundang-undangan DPD RI.
Apalagi, kata dia, rumusan penyempurnaan peraturan dan perundang-undangan DPD RI perlu mendapatkan kepercayaan para senator untuk disetujui dalam sidang.
“Masalah politik ini adalah sebuah masalah memercayai Transparansi saat pansus terbuka lebar, sementara pimpinan Timja mengambil alih namun tidak begitu terbuka. transparan,” jelasnya.
Lebih lanjut Sultan mengatakan ada pasal kontroversial tentang mekanisme seleksi pimpinan DPD RI yang tiba-tiba masuk dalam rancangan peraturan dan undang-undang hasil Timja.
“Misalnya, calon pemimpin tidak boleh melanggar etika. Nah, kalau melanggar etika, banyak penafsirannya. Apakah masyarakat yang 20 tahun lalu punya masalah di desanya tidak boleh mencalonkan diri?” dia berkata.
Rapat paripurna diakhiri dengan penolakan para senator terhadap rancangan peraturan DPD RI yang dibacakan Ketua DPD RI La Nyalla Mattaliti.
Pimpinan rapat Nono Sampono berharap perbaikan aturan dan undang-undang dapat disepakati pada rapat paripurna DPD RI berikutnya.
Ia mendorong Panitia Legislatif (PPU) DPD RI untuk segera menyelaraskan rancangan peraturan yang dihasilkan Panitia Khusus (Pansus) dan Tim Kerja (Timja) agar dapat disahkan.
“Sehingga pada sidang paripurna berikutnya, hasil kerja harmonisasi dalam hal ini PPU akan memanfaatkan waktu yang ada karena semakin mepet, sehingga diharapkan dapat disetujui paripurna periode berikutnya. sidang. ,” kata Nono sebelum menutup sidang di Kompleks Parlemen, Jumat.
Sebelumnya, sidang ini nyaris ricuh karena sejumlah senator tidak setuju dengan rancangan aturan perilaku yang ingin disahkan La Nyalla.
Sejumlah senator yang tidak setuju pun ‘menabrak’ meja La Nyalla dan menunjuk wajah La Nyalla.
Bahkan, La Nyalla sempat adu palu dengan salah satu senator di meja pimpinan DPD RI.
Usai kerusuhan, rapat pleno ditunda. Di sela-sela rapat, Senator asal Sulawesi Utara (Sulut) Maya Rumantir menyanyikan lagu ‘taubat’.
Dia bernyanyi setelah beberapa senator menyarankan dia bernyanyi.
“Puan Maya, nyanyikan Puan Maya,” kata salah seorang senator.
Dalam lagu yang dibawakan, Maya menghimbau kepada seluruh DPD RI untuk menyesuaikan diri dan bertobat.
“Mari kita mendekatkan diri, hidup dalam cahaya Tuhan, harumkan negeri kita, Indonesia damai dan sejahtera. Perbaiki kehidupan, selaraskan DPD RI agar selalu bersinar di mata Indonesia,” sang Maya.
“Wahai seluruh umat Tuhan, bertobatlah. Selamatkan bangsa tercinta Indonesia,” lanjutnya yang disambut gelak tawa para senator di ruang rapat.
(ibu/anak)