Berita Polri Periksa Wilmar Group Cs Terkait Pelanggaran Mutu Beras

by
Berita Polri Periksa Wilmar Group Cs Terkait Pelanggaran Mutu Beras


Jakarta, Pahami.id

Gugus tugas makanan polli Lihat empat produsen beras yang terkait dengan tuduhan pelanggaran dan dosis yang dikatakan Polisi Investigasi KejahatanKamis (10/7).

Pemeriksaan ini terkait dengan penemuan Kementerian Pertanian (Kemementi) tentang 212 merek beras di 10 wilayah tidak memenuhi standar kualitas.


“Ya, itu benar (terkait dengan itu),” kata Brigadir Polisi Nasional Kasatgas, Brigadir Jenderal Helfi Assegaf ketika dikonfirmasi pada hari Jumat (11/7).

Keempat produsen yang diperiksa adalah Wilmar Group (WG) yang terkait dengan produk Sania, Sovia dan Fortune. Pemeriksaan dilakukan setelah inspeksi tim makanan kepolisian nasional dan memeriksa 10 sampel dari Aceh, Lampung, Sulawesi Selatan, Yogyakarta, dan Jabodetabek.

Kedua, Pt Tjipinang Jaya Food Station (FSTJ) terkait dengan produk merek Alfamidi Setra Pulen, Rice Premium Ramos, Wewangian Beras, Stasiun Makanan, Ramos Premium, Setra Pulen, dan Ramos Setra. Pemeriksaan dilakukan setelah mengambil sembilan sampel dari Aceh, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Jawa Barat.

Ketiga, Pt Belitang Raya (ACA) dengan produk Platinum King, dan King of Ultima. Pemeriksaan Setelah tim investigasi mengambil tujuh sampel yang diperoleh dari Sulawei Selatan, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Aceh dan Jabodetabek.

Dan akhirnya Pt Sentosa Main Sustainable/Japfa Group (SUL/JG). Pemeriksaan dilakukan setelah mengambil tiga sampel dari Yogyakarta dan Jabodetabek.

Sampai berita itu terungkap bahwa tidak ada pernyataan dari produsen beras yang terkait dengan inspeksi gugus tugas makanan.

Namun, tidak diketahui informasi apa yang telah dieksplorasi dalam pemeriksaan empat produsen beras.

Sebelumnya, Kementerian Pertanian menemukan bahwa 212 merek beras di 10 wilayah tidak memenuhi standar kualitas. Ini didasarkan pada investigasi yang menilai kualitas dan harga beras di pasar.

Investigasi dilakukan dari 6 hingga 23 Juni 2025 yang mencakup 268 sampel beras dari 212 merek yang tersebar di 10 wilayah. Sampel melibatkan dua kategori beras, yaitu premi dan medium, dengan fokus utama pada parameter kualitas, seperti kadar air, persentase beras kepala, sereal yang rusak, dan derajat saus.

Berdasarkan investigasi, ditemukan bahwa 85,56 persen beras premium yang diuji tidak memenuhi standar kualitas yang ditetapkan.

Kemudian, 59,78 persen beras premium juga dicatat di atas HET, sementara 21,66 persen memiliki bobot yang lebih rendah dibandingkan dengan yang terdaftar pada kemasan.

Sementara itu, untuk beras sedang, 88,24 persen dari total sampel yang diuji tidak memenuhi standar kualitas SNI. Selain itu, 95,12 persen beras sedang ditemukan dijual dengan harga di atas HET, dan 9,38 persen memiliki perbedaan berat yang lebih rendah daripada informasi yang tercantum pada kemasan.

“Di sinilah kita melihat kualitas padi 85,56 persen premium, kemudian ketidakcocokan HET 59,78 persen, kemudian beratnya (tidak pantas) 21,66 persen.

(FRA/DIS/FRA)