Jakarta, Pahami.id –
Hongaria Marah menelepon seorang duta besar Ukraina Di Budapest pada hari Kamis (10/7), setelah seorang warga negara dilaporkan terbunuh beberapa minggu setelah didakwa disiksa oleh petugas rekrutmen militer Kyiv.
Insiden itu memicu ketegangan baru dalam hubungan antara kedua negara tetangga, yang telah lemah sejak Rusia menyerbu Ukraina pada Februari 2022. Bahkan, Hongaria adalah salah satu negara anggota NATO, Aliansi Pertahanan Atlantik Utara yang telah mendukung Ukraina terhadap invasi Rusia.
Pemerintah Ukraina sangat membantah tuduhan itu dan mengatakan pria itu tidak harus menghadiri dinas militer (militer) dan tidak menderita penyiksaan.
Namun, Wakil Menteri Luar Negeri Hongaria Levente Magyar mengatakan partainya telah memanggil duta besar Ukraina karena dugaan penyiksaan terhadap seorang pria bernama Jozsef Sebesteny (45), yang terjadi di wilayah Transcarathia, Ukraina Barat, yang merupakan rumah bagi komunitas etnis Hongaria.
“Kami segera memanggil Duta Besar Ukraina untuk Budapest setelah petugas perekrutan Ukraina mengalahkan seorang pria Hongaria di Transcarathia selama dinas militer, dan pria itu meninggal karena luka -lukanya,” tulis Magyar di Facebook seperti yang disebutkan Afp.
“Mengalahkan seseorang sampai mati, terutama warga negara Hongaria, hanya karena dia tidak ingin bertarung dan menolak untuk berpartisipasi dalam pembunuhan yang tidak masuk akal, ekstrem dan tidak dapat diterima.”
Media pro-pemerintah Hongaria, Mandiner, melaporkan bahwa setelah dia meninggal pada hari Minggu (6/7), berdasarkan unggahan Facebook adik laki-laki, adik laki-laki itu tidak tersedia secara terbuka.
Sekitar tiga minggu sebelum dia meninggal, Sebesteny dikatakan telah dihentikan oleh pejabat militer di kota Berehove, Transcarathia.
Dia diduga dipukuli dengan besi di hutan, dan hanya dibawa ke rumah sakit setelah berada di pusat pelatihan.
Namun, tentara Ukraina mengatakan bahwa Sebesteny adalah warga negara Ukraina yang telah “dimobilisasi secara hukum” setelah dinyatakan dilakukan untuk tugas militer.
“Hasil pemeriksaan medis forensik menyimpulkan bahwa penyebab kematian pada 6 Juli 2025 adalah emboli paru, tanpa tanda -tanda cedera tubuh yang menunjukkan kekerasan,” kata tentara Ukraina.
Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban juga menyampaikan simpati kepada keluarga Sebesteny dan menyebut korban sebagai “korban dinas militer paksa”.
Orban, yang dikenal sebagai pemimpin nasionalis, menolak untuk mengirim bantuan militer ke Ukraina dan terus menyerukan dialog yang aman untuk mengakhiri perang.
Topik mobilisasi militer itu sendiri menjadi masalah sensitif di Ukraina, yang tahun lalu memperketat aturan dinas militer.
Pejabat perekrutan di beberapa wilayah, terutama di barat Ukraina, yang jauh dari medan perang, dituduh melakukan kekerasan.
(ZDM/RDS)