Berita Periksa Ketua DPD Golkar dkk, KPK Dalami Aliran Suap ke DPRD Bandung

by


Jakarta, Pahami.id

Komisi Pemberantasan Korupsi (Komisi Pemberantasan Korupsi) mengusut alur dugaan suap yang diduga diterima anggota DPRD Kota Bandung saat memeriksa sejumlah saksi pada Jumat (15/11).

Uang tersebut terkait dengan kasus dugaan korupsi pengadaan atau pekerjaan yang bersumber dari APBD Kota Bandung tahun anggaran 2020-2023 serta penerimaan ilegal lainnya.

“(Saksi yang hadir) diperiksa terkait pengetahuan dan perannya dalam pemberian uang kepada anggota DPRD Kota Bandung,” kata Juru Bicara KPK Tessa Mahardhika Sugiarto dalam keterangan tertulisnya, Senin (18/11).


Sidak berlangsung di Kantor Pusat Pengembangan Kompetensi PUPR Wilayah IV Bandung, Jalan Jawa Nomor 8-10.

Mereka yang diperiksa adalah Ketua DPD Partai Golkar Kota Bandung Edwin Sanjaya; Oki Ariesyana (pengusaha); Tana Rusmana (PNS); dan Kepala Bidang PPSMP Dani Nurahmat.

Kemudian Wahid Subagja (PNS/Ajudan Sekretariat Daerah Bandung); Alt Wahidin (swasta); Salmiah Rambe (anggota DPRD Bandung); dan Rastiadi (swasta).

Saksi lainnya atas nama Priyo Effendi selaku Komisaris PT Cipta Usaha Cemerlang tidak memenuhi panggilan pemeriksaan dan akan dijadwalkan ulang.

Hingga Kamis, 26 September 2024, KPK menahan mantan Sekretaris Daerah Kota Bandung Ema Sumarna dan tiga orang lainnya selama 20 hari pertama. Penyidik ​​telah memperpanjang masa penangkapan.

Tiga tersangka lainnya yang dimaksud adalah Anggota DPRD Kota Bandung Riantono, Wakil Ketua DPRD Kota Bandung 2 Achmad Nugraha, dan Anggota DPRD Kota Bandung periode 2019-2024 Ferry Cahyadi.

Tersangka lainnya, Yudi Cahyadi, anggota DPRD Kota Bandung periode 2019-2024, saat itu tidak hadir dalam pemeriksaan dan belum ditahan.

Ema dkk diduga menerima hadiah atau janji terkait pengadaan atau pekerjaan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran 2020-2023 serta penerimaan lainnya.

Ema selaku Ketua Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) diduga menerima sedikitnya Rp 1 miliar dan satu tersangka lagi dari DPRD Kota Bandung diduga menerima sejumlah Rp 1 miliar sekaligus mendapat pekerjaan di Kantor Kota Bandung. .

Tersangka disangkakan melanggar Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 dan Pasal 12 B Undang-Undang Pemberantasan Tipikor (UU Tipikor) juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

(ryn/tidak)