Jakarta, Pahami.id —
perempuan Palestina di dalam Semenanjung Gaza terancam penyakit kronis seumur hidup akibat krisis pembalut, alat sterilisasi, dan alat kebersihan diri.
Sejumlah perempuan Palestina menceritakan bahasa Arab baru bahwa mereka menderita karena kurangnya peralatan kebersihan selama invasi Israel.
Maram Al-Sayed, seorang wanita dari Kota Gaza yang melahirkan tiga minggu setelah perang pecah, mengatakan dia tertular infeksi genital karena tidak menggunakan pembalut selama masa nifas.
Dia dirawat di rumah sakit selama beberapa hari karena menggunakan kain yang tidak bersih sebagai pengganti pembalut wanita.
“Karena infeksi bakteri, saya tidak berhenti menstruasi dan itulah yang terjadi hingga saat ini. Dokter mengatakan kepada saya bahwa saya mungkin harus mengoperasi rahim saya jika tubuh saya tidak merespons perawatan medis,” ujarnya, seperti dikutip. oleh Arab Baru.
Wanita berusia 20 tahun ini khawatir dia tidak bisa lagi melahirkan jika infeksinya berlanjut dalam jangka waktu yang lebih lama.
Zainab Omar, perempuan yang mengungsi di Kota Rafah, juga mengeluh karena tidak bisa menemukan pembalut di semua toko.
Zainab tidak pernah menyangka akan mengalami situasi perang seperti ini. Jadi dia tidak menyiapkan apa pun, termasuk uang dan pembalut, untuk pindah.
“Saya tidak menyangka akan pecah perang dan saya akan jauh dari rumah dalam waktu yang lama. Saya berjuang keras untuk bertahan hidup dan menghadapi semua kondisi sulit yang saya dan suami saya hadapi,” kata Zainab.
Ibu tiga anak berusia 28 tahun ini juga menemukan cara untuk menggunakan hijabnya sebagai alternatif pengganti pembalut. Dia memotong tutup kepala menjadi tiga bagian dan mencuci bagian yang digunakannya.
“Saya terus menangis. Saya takut tertular bakteri saat menggunakan kain sebagai pengganti pembalut, tapi saya tidak punya pilihan lain,” ujarnya.
Krisis pasokan sanitasi, khususnya pembalut wanita, bagi perempuan Palestina di Gaza telah menyebabkan banyak aktivis menyerukan penyediaan pasokan sanitasi bagi perempuan Gaza.
Tekanannya bukan untuk “kemewahan” tapi untuk menjamin kesehatan perempuan dan menghindari dampak negatif yang menerpa.
Karena bantuan ini tidak berpengaruh terhadap blokade ketat Israel terhadap pintu masuk Gaza, perempuan Palestina terpaksa meminum pil KB untuk menunda siklus menstruasinya.
Akibatnya, banyak perempuan mengalami kesakitan dan penderitaan mereka diperparah dengan serangan Israel.
“Kami tidak tahu harus berbuat apa. Kami tidak siap menghadapi situasi sulit seperti ini. Semuanya terjadi secara tiba-tiba dan kamilah yang paling merasakan dampak perang ini,” kata Khadijah Abu Jahl.
Khadijah mengaku tertular infeksi bakteri pada sistem reproduksi akibat menggunakan kamar mandi umum di rumah sakit jiwa tempatnya berlindung.
“Air atau sterilisasi tidak cukup untuk membersihkan kamar mandi. Kita harus hidup dalam kondisi seperti ini dan kita semua dilanda penyakit dan epidemi,” lanjutnya.
Menurut pakar kebidanan dan kandungan di Kota Gaza, Samia Abu Draz, penggunaan alat yang terkontaminasi saat menstruasi atau buang air kecil di kamar mandi umum dapat menyebabkan infeksi bakteri.
Pada wanita, mereka bisa terinfeksi bakteri staphylococcus yang berbahaya.
“Jika bakteri ini menginfeksi vagina, infeksinya bisa mencapai rahim dan saluran tuba. Saat itu juga bisa terjadi peradangan panggul dan ini bisa mengakibatkan keracunan darah, yang selanjutnya menyebabkan ketidakmampuan untuk hamil lagi,” kata Abu Draz.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sebelum perang meluas, terdapat 650 ribu perempuan dan anak perempuan yang sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan di Gaza.
Jumlah tersebut kini meningkat menjadi 1,1 juta orang termasuk hampir 800 ribu perempuan.
(blq/dna)
!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);
fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);