Jakarta, Pahami.id —
Sejumlah negara Eropa mulai mempertimbangkan untuk membuka kembali kedutaan besarnya di Pyongyang, Korea Utarasetelah ditutup beberapa saat karena Pandemi Covid-19 sejak tahun 2020.
Delegasi Jerman dilaporkan mengunjungi Pyongyang baru-baru ini untuk pertama kalinya sejak penutupan kedutaan besarnya selama wabah ini.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Federal Jerman membenarkan kehadiran timnya di Pyongyang untuk memulai proses pembukaan kembali kedutaan.
“(Tim delegasi) sedang meninjau lokasi Kedutaan Besar Jerman selama beberapa hari,” kata juru bicara tersebut pada Rabu (28/2) seperti dikutip Reuters.
Namun juru bicara tersebut menegaskan belum ada keputusan resmi terkait pembukaan kembali Kedutaan Besar Jerman di Pyongyang.
Selain Jerman, Inggris juga berencana mengirimkan delegasi untuk melakukan hal serupa.
“Kami senang beberapa diplomat telah kembali ke Pyongyang dan menyambut baik langkah pemerintah Korea Utara untuk membuka kembali perbatasan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Inggris.
“Kami sedang berdiskusi dengan pemerintah Korea Utara melalui kedutaan besarnya di London mengenai tata cara kunjungan tim teknis diplomat Inggris ke sana.”
Inggris juga meminta pemerintahan Pemimpin Tertinggi Kim Jong Un untuk mengizinkan komunitas internasional, termasuk diplomat dan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) lainnya, untuk memasuki negara tersebut.
Sementara itu, Swedia menyatakan juga telah mengirimkan diplomatnya untuk mengunjungi Korea Utara guna membahas rencana pembukaan kembali kedutaan besarnya di Pyongyang.
Duta Besar Khusus Swedia untuk Semenanjung Korea, Peter Semneby, mengatakan telah ada kemajuan dalam rencana ini.
“Ada beberapa pergerakan dan kami berharap kami dapat membuka kembali kedutaan kami dalam waktu dekat,” kata Semneby.
Menurut NK Pro, situs penelitian berbasis di Seoul yang fokus meliput Korea Utara, pada Januari 2023 sembilan negara akan membuka kembali kedutaan besar mereka di Pyongyang.
Namun, sejauh ini Korea Utara disebut hanya mengizinkan China, Rusia, Mongolia, dan Kuba untuk merotasi staf di kedutaan.
(rds)
!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);
fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);