Berita Mengenal Imogiri Lokasi Makam Raja Keraton Surakarta Pakubuwono XIII

by
Berita Mengenal Imogiri Lokasi Makam Raja Keraton Surakarta Pakubuwono XIII

Daftar isi



Jakarta, Pahami.id

Raja Keraton Surakarta Hadiningrat yaitu Kak Pakubuwono xiii hangabehi meninggal pada Minggu (2/11).

Jenazah Pakubuwono XIII dimakamkan di makam Raja Mataram di Imogiri, Bantul, Yogyakata, Rabu (5/11).

Kompleks Makam ini telah menjadi tempat peristirahatan raja-raja dari garis keturunan Islam Mataram dari Yogyakarta hingga Solo selama ratusan tahun.


Mengutip dari website Dinas Kebudayaan Khusus Yogyakarta, Kompleks Makam Imogiri terletak di Gunung Merak, Kabupaten Bantul. Daerah ini juga dikenal secara lokal sebagai Pajimatan.

Pajimatan berasal dari kata ‘jimat’ yang berarti pusaka. Secara harfiah berarti ‘tempat warisan’.

Sultan Agung Raja Mataram Islam

Raja pertama yang dimakamkan di Imogiri adalah Sultan Agung yang merupakan pemegang tahta Mataram Islam. Selanjutnya kompleks tersebut dilanjutkan oleh keturunannya yang menjadi pemimpin kerajaan Mataram Islam – kemudian berkembang menjadi beberapa keraton di Yogyakarta dan Solo.

Mengutip dari detik.com, Sultan Agung mendirikan kompleks pemakaman ini ketika pusat pemerintahan Mataram Islam masih berada di Kotagede.

Peneliti Muhamad Chawari dalam Kajian Kualifikasi Arkeologi Kompleks Makam Imogiri menulis, Imogiri berasal dari dua kata, yaitu ‘Hima’ yang berarti kabut dan ‘giri’ yang berarti gunung. Oleh karena itu, jika kedua kata tersebut digabungkan, artinya sebenarnya adalah ‘gunung yang diselimuti kabut’.

Gunung atau bukit atau dataran tinggi yang menjadi lokasi pemakaman raja berakar pada kepercayaan Jawa pra-Hindu dan Hindu yang menganggap tempat tinggi sebagai tempat suci dan rumah leluhur.

Kompleks makam Raja Mataram di Imogiri merupakan salah satu situs sejarah penting dalam sejarah Kerajaan Islam Mataram.

Mengutip dari laman Disbud Kota Yogyakarta, Sultan Agung Hanyokrokusumo merupakan raja Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645.

Nama aslinya adalah Raden Mas Jatmika atau dikenal juga dengan nama Raden Mas Rangsang. Pada masa kesultanannya lah pembangunan Imogiri dilakukan.

Gaya arsitektur

Secara gaya arsitektur, Imogiri memadukan gaya Hindu dan Islam.

Hal ini terlihat dari penggunaan batu bata merah tanpa semen yang disusun dengan teknik kovod dimana dua buah batu bata digosok dengan sedikit air hingga keluar cairan kental yang berguna sebagai perekat alami.

Sedangkan tangga menuju puncak Imogiri terdiri dari ratusan anak tangga dan diperpendek untuk memudahkan peziarah dalam mengenakan pakaian adat. Tradisi pakaian adat tersebut masih dilestarikan hingga saat ini sebagai bentuk penghormatan terhadap raja-raja Mataran yang dimakamkan di sana.

Raja dimakamkan di Imogiri

Ada beberapa tokoh khususnya Raja yang dimakamkan di Kompleks Pemakaman Imogiri.

Beberapa tokoh yang dimakamkan antara lain Sultan Agung Hanyokrokusumo, Sunan Amangkurat II dan IV, Sunan Paku Buwono I hingga XII, Sultan Hamengku Buwono I hingga IX.

Sejumlah kerabat dekat dan petinggi kerajaan dari Dinasti Solo dan Kesultanan Jogja

Selain itu, kompleks pemakaman juga terbagi menjadi tiga kelompok utama.

Yang pertama adalah kumpulan sultan dan sultan yang letaknya di tengah berisi makam raja-raja Mataram sebelum perjanjian Giyanti.

Kelompok Bagasan-Girimulya di sisi barat merupakan tempat pemakaman Raja-Raja Surakarta.

Kelompok Kaswargan-Saptarengga di sisi timur diperuntukkan bagi para raja di Keraton Yogyakarta

Di tempat ini makam Sultan Agung ditempatkan di lokasi paling tinggi dan paling belakang di puncak Bukit Merak.

Ini merupakan simbol kedudukannya sebagai sosok yang disegani.

(NAT/Anak-anak)