Berita Membandingkan Hasil Survei Beberapa Lembaga Survei di Pilgub DKI

by


Jakarta, Pahami.id

Sejumlah lembaga survei di Indonesia merilis hasil survei pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Hasilnya cukup menarik, hampir setiap lembaga survei menghasilkan hasil yang berbeda-beda.

Lembaga Survei Indonesia (LSI) misalnya, menyatakan elektabilitas pasangan calon gubernur dan wakil gubernur nomor urut 3, Pramono Anung-Rano Karno lebih baik. Suara mereka melonjak di atas dua kontestan lainnya.

Pada simulasi perolehan suara, Pramono-Rano memimpin dengan 41,6 persen. Pasangan yang diusung PDIP ini berhasil menyalip pasangan Ridwan Kamil-Suswono (RIDO) yang selalu memimpin pada beberapa pemilu sebelumnya.


Hal berbeda disampaikan lembaga survei Poltracking Indonesia. Hasil survei mereka justru menyebutkan Pilgub DKI akan berlangsung satu putaran dengan kemenangan mutlak pasangan nomor urut 1, Ridwan Kamil-Suswono dengan elektabilitas mencapai 51,6 persen.

Sedangkan calon nomor urut 3 Pramono Anung-Rano Karno di urutan kedua dengan elektabilitas 36,4 persen. Lalu, pasangan calon nomor urut 2 Dharma Pongrekun-Kun Wardana dengan elektabilitas 3,9 persen.

Perbedaan hasil survei ini dikatakan aneh. Sebab, kedua survei tersebut dilakukan dalam kurun waktu yang berdekatan.

Bahkan, Ketua Hubungan Antar Lembaga dan Daerah Persatuan Riset Opini Publik Indonesia (Persepi) Burhanudin Muhtadi mengatakan LSI dan Poltracking Indonesia harus mempertanggungjawabkan data dan metodologi surveinya di hadapan Dewan Etik Persepi.

“Perbedaannya secara statistik sangat signifikan, oleh karena itu sebagai anggota Persepi sebaiknya kedua lembaga mempertanggungjawabkan metodologi dan datanya kepada dewan etik,” kata Burhanudin saat dikonfirmasi, Jumat (25/10).

Ia mengatakan akan ada ancaman sanksi dari Persepi jika ditemukan kesalahan sistematis dari kedua lembaga penelitian tersebut. Misalnya, kata Burhan, Persepi pernah memecat pemilih yang tidak jujur ​​pada Pilpres 2024.

Pengalaman Persepi bukan yang pertama, kami memecat 5 atau 6 anggota Persepi yang melakukan kesalahan dan ketidakjujuran pada Pilpres 2014, katanya.

“Persepi tidak main-main soal integritas. Kalau misalnya ada kesalahan dan kesalahannya sistematis dan tidak bisa dimaafkan, akan kami umumkan dan dewan etik akan memberikan hukuman berat,” ujarnya.

(tst/mikrofon)