Jakarta, Pahami.id –
Media Inggris The Guardian menyoroti nasib pembangunan ibu kota Indonesia (IKN) di Kalimantan Timur di bawah pemerintahan Presiden Republik Indonesia (RI) Prabu Subianto.
Dalam artikel yang berjudul “Ibu kota baru Indonesia, Nusantara, terancam menjadi ‘Kota Hantu’”The Guardian menulis mega proyek ambisius yang diusung Presiden Joko Widodo (Jokowi) -7 terancam menjadi “kota hantu” karena pembangunannya terhenti.
Di bawah kepemimpinan Prabowo, pendanaan negara untuk IKN turun lebih dari setengahnya, dari £2 miliar pada tahun 2024 menjadi £700 juta pada tahun 2025.
“Tiga tahun sejak mantan Presiden Joko Widodo meluncurkan ibu kota baru yang ambisius, yang bertujuan untuk menggantikan Jakarta yang tercemar, padat, dan tenggelam, sebagian masyarakat mulai khawatir ibu kota tersebut akan menjadi kota hantu,” ujarnya. Penjaga.
The Guardian menyatakan, Prabowo belum pernah mengunjungi IKN sejak resmi menjabat. Media Inggris juga menguraikan langkah Prabowo yang “secara diam-diam menurunkan status pulau-pulau tersebut” untuk dijadikan modal politik.
Dalam artikelnya, The Guardian menulis bahwa pada tahun 2024, kepala dan wakil kepala badan yang membidangi pengembangan IKN memutuskan mengundurkan diri.
Dengan kondisi tersebut, jumlah penduduk yang ditargetkan untuk tinggal di IKN masih jauh dari target. RI menargetkan 1,2 juta penduduk yang tinggal di IKN pada tahun 2030.
Padahal, selama ini baru sekitar 2.000 pegawai negeri sipil (PNS) dan 8.000 pekerja bangunan yang tinggal di IKN.
Blok apartemen, gedung kementerian, rumah sakit, jalan, sistem pengairan, dan bandara meski dibangun di IKN. Meski begitu, jalanan di sana sebagian besar kosong. Hanya ada segelintir tukang kebun “nada” dan turis yang berkeliaran.
The Guardian mengutip komentar pakar hukum tata negara Universitas Mulawarman, Herdiansyah Hamzah yang menyebut IKN kini menjadi kota hantu. Selain itu, istilah modal politik, menurut Herdiansyah, tidak ada artinya dalam hukum Indonesia.
Ibu kota baru bukan prioritas bagi Prabowo. Secara politik, dia menolak mati, dia tidak ingin hidup, kata Herdiansyah seperti dilansir Guardian.
Namun The Guardian dalam artikelnya mengutip Kepala Badan Ibu Kota Kepulauan Basuki Hadimuljono yang optimistis dengan proyek ini.
“Presiden [Prabowo] Bilang ke saya, ‘Saya berkomitmen untuk melanjutkan dan menyelesaikannya lebih cepat’,” kata Basuki yang membantah terhentinya perkembangan IKN karena pengaruh politik.
“Dananya ada, komitmen politiknya juga ada. Kenapa kita harus ragu?” kata Basuki.
Masih dalam pemberitaan yang sama, Wali juga mendapat keluhan dari sebagian warga setempat tentang minimnya IKN pada masa pemerintahan Prabowo. Awalnya, masyarakat setempat diuntungkan dengan kehadiran perajin di sana.
Namun setelah pemerintahan berganti, banyak usaha kecil yang harus tutup karena tidak ada lagi pekerja atau karena pekerja tidak sesibuk dulu. Pekerja konstruksi yang masih bekerja juga mengeluhkan upah yang berkurang meski jam kerja bertambah.
Selain itu, terdapat juga keluhan mengenai kerusakan ekologi akibat penebangan hutan untuk pembangunan IKN.
“Masyarakat lokal kehilangan perekonomian dan lingkungannya,” kata Fathur Roziqin dari kelompok lingkungan hidup Walhi.
The Guardian mengambil pernyataan pemerintah Indonesia yang membantah pembangunan IKN menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Pemerintah mengaku telah melibatkan masyarakat adat dan memberikan kompensasi atas tanah mereka.
(BLQ/DNA)
 









