Tanjungpinang, Pahami.id —
Ketua Lembaga Tradisi Melayu (LAM) Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, Datok Sri Mustafa Abbas tak percaya. kecelakaan kapal yang ditemukan di pesisir pantai Nirwana Resort, Bintan, bukan di Yellow Boat.
Penemuan bangkai kapal kuno yang diyakini berasal dari abad ke-12 Masehi di Lagoi, Bintan sempat viral beberapa hari terakhir. Kapal tersebut kemudian diperiksa lebih lanjut oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama arkeolog dari Universitas Napoli I’Orientale, Italia.
Namun menurut Datok Sri Mustafa, kapal tersebut ditemukan pada tahun 2016 dan bukan kapal Lancang Kuning. Menurut dia, hanya kapal perompak yang membawa muatan kapal karam (BMKT) seperti periuk dan lainnya di perairan perbatasan Bintan dan Malaysia serta Singapura.
Dikatakannya, barang antik menjadi buronan, karena mulai dari perairan Pulau 7 Natuna hingga perairan Bintan cukup banyak ditemukan barang antik peninggalan sejarah oleh para pemburu.
“Kami dari masyarakat Bintan, khususnya Lembaga Adat Melayu Bintan, Kepulauan Riau tidak serta merta membenarkan hal tersebut, meski ada juga pihak yang mengabarkan bahwa ini adalah salah satu kapal yang sangat bersejarah. Apa alasannya cerita hari ini, kalau kita bersinergi dengan Launchpad Kuning. Memang banyak yang tidak mirip, karena bentuknya tidak sama kalau itu yang ditemukan, kata Datok Sri saat dihubungi. Sabtu (31/8).
Ia mengatakan, bangkai kapal yang ditemukan pekerja Nirwana merupakan kapal pemburu barang antik di laut Bintan yang diduga tenggelam sehingga terdampar di perairan Lagoi.
Ia juga tidak yakin bangkai kapal yang ditemukan adalah Lancang Kuning, karena buku yang dibaca para sejarawan dan budayawan bukanlah yang ditemukan dan diklaim Nirwana.
Selain itu, menurutnya Perahu Kuning tidak mungkin terdampar di sana, karena pantai Nirwana dekat dengan daratan. Ia juga menyayangkan Nirwana yang terlalu cepat menyimpulkan temuannya demi nilai jual hotel dan nilai hunian dengan mengundang peneliti dan arkeolog BRIN.
“Kami masyarakat Kabupaten Bintan, Provinsi Kepri secara keseluruhan tidak mempercayai hal tersebut, tidak mudah bagi kami untuk mempercayai penemuan seperti itu,” ujarnya.
Ia meminta Nirwana dan pengelola kawasan eksklusif Lagoi berhenti menjual nama Kapal Lancang Kuning untuk keperluan bisnis agar masyarakat luar Bintan datang melihat sendiri dan menginap di Lagoi.
Menurut dia, bukan kali ini saja pemberitaan penemuan Kapal Kuning di Lagoi membuat heboh. Namun, menurutnya, hal tersebut masih sekedar anggapan dan dugaan pihak tertentu untuk kepentingan segelintir orang.
Ia pun meminta pemerintah daerah, khususnya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan mengkaji kebenaran penemuan kapal karam yang diklaim sebagai Kapal Kuning yang berisi barang antik tersebut.
Menurutnya, Kapal Lancang Kuning menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Kepri, bahkan Johor dan masyarakat Malaysia lainnya, karena kapal ini dianggap keramat bagi masyarakat Melayu.
“Hal seperti ini dianggap sepele, mudah saja dijelaskan bahwa yang ditemukan adalah kapal Lancang kuning, nanti juga ada kapal karam, kapal Vietnam, kapal lain yang diklaim,” ujarnya lagi.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Arief Sumarsono saat dikonfirmasi terpisah terkait hal tersebut belum bisa memberikan jawaban pasti terkait penemuan kapal karam tersebut.
Sementara itu, Nirwana Resort Lagoi juga tidak menanggapi polemik tersebut saat dihubungi CNNIndonesiacom.
(arp/dmi)