Jakarta, Pahami.id –
Benteng Yahya Cholil Staqu alias gus yahya buka suara soal pencopotan dan penggantian pimpinan puncak Tanfidziyah atau Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Nyonya).
Rapat paripurna PBNU SYRIAH digelar di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (9/12) sore, yang mengangkat Kh Zulfa Mustofa sebagai Ketua Umum PBNU menggantikan Gus Yahya.
Sementara itu, kubu Gus Yahya sebelumnya mengklaim mayoritas pengurus PBNU menolak wacana yang menghalang-halangi Ketua Umum tersebut dan menyatakan menaati imbauan sesepuh NU dan Forum Musasyar yang menyerukan agar konflik organisasi tersebut dihentikan dan diselesaikan.
Mayoritas pengurus tetap loyal kepada Kiai Dawuh yang dituakan, kata Sekjen PBNU Amin Husni di Jakarta, Selasa, seperti dikutip dari Di antara.
Sebelumnya, Forum Sesepuh dan Mustasyar yang berkumpul di Sekolah Menengah Islam Tebuireng pada 6 Desember menegaskan, keputusan Rapat Harian Syuria yang menggugat kursi umum tidak sah karena bertentangan dengan iklan/seni rupa NU.
Amin mengatakan, penolakan mayoritas pengurus itu tercermin dalam rapat paripurna PBNU di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa malam. Dari total 216 anggota paripurna yang seharusnya hadir, hanya 58 orang yang datang atau sekitar 26 persen, jauh dari batas kuorum minimal.
Dari data yang diperolehnya, unsur mustasyar hanya dihadiri 2 dari 29 orang, Syuria 20 dari 53 orang, Tanfidziyah 22 dari 62 orang, dan A’Wan 7 dari 40 orang. Dari lembaga PBNU yang hadir hanya 5 dari 18 lembaga, sedangkan badan otonom (banom) hanya 2 dari 14 banom.
Artinya lebih dari tiga perempat anggota memilih tidak hadir, sinyal kuat bahwa tindakan pemakzulan tidak mendapat dukungan luas di PBNU, ujarnya.
Rapat paripurna pada 9 Desember itu digelar setelah undangan 2 Desember yang berisi agenda pengangkatan Ketua Umum PBNU tanpa melibatkan Ketua Umum aktif.
Namun Forum Sesepuh dan Mustasyar meminta agar agenda tersebut dihentikan sementara sambil menunggu penyelesaian permasalahan organisasi sesuai mekanisme ad/art.
Sementara itu, Kh Zulfa Mustofa mengaku tak ingin ikut terlibat dalam konflik masa lalu setelah resmi dilantik menjadi Ketua Umum Tanfidziyah Pbnu menggantikan Gus Yahya yang dicopot.
Zulfa dilantik menjadi Ketua Umum PBNU berdasarkan rapat paripurna yang diprakarsai PBNU Syuria di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Selasa (9/12) sore.
Dalam jumpa pers menjelang Midnight, Zulfa mengaku ingin menjadi solusi bagi masa depan Nu.
“Saya juga sampaikan bahwa saya tidak ingin menjadi bagian dari konflik masa lalu, namun saya ingin menjadi solusi jam’iyah ini ke depan,” kata Zulfa dalam keterangan pertamanya usai pelantikan.
Ia mengatakan, posisinya saat ini merupakan sebuah kehormatan di satu sisi, namun juga merupakan kepercayaan besar di sisi lain.
Zulfa mengaku bertekad memimpin organisasi NU selama sisa masa kepengurusan hingga tahun 2026.
Keponakan eks PBNU Rais Aam yang juga Wakil Presiden ke-13 RI, Ma’ruf Amin ini mengaku akan mengemban tugas berat.
Pertama, ia mengaku ingin menormalisasi roda organisasi hingga Kongres. Ia pun mengajak seluruh pengurus PBNU dan jemaah NU untuk kembali bersatu.
“Mari kita berkumpul kembali di rumah besar kita, karena sudah lama masyarakat NU sedih dengan ketidakpastian ini,” ujarnya.
(antara/anak-anak)

