Denpasar, Pahami.id —
Ketua DPD PDIP Bali Wayan Koster menanggapi kritik Pemimpin Umum PDIP Megawati Soekarnoputri terkait kisruhnya situasi pariwisata di Pulau Bali.
Koster merupakan Gubernur Bali periode 2018-2023, dan pada Pilkada 2024 berpeluang kembali mencalonkan diri sebagai calon gubernur.
Koster mengatakan penataan pariwisata Bali harus diatur sesuai peraturan daerah dan peraturan gubernur, namun hal tersebut belum terlaksana karena pandemi Covid-19 baru saja berakhir.
“Pariwisata sudah hampir tiga tahun mati. Baru mulai pulih. Saat baru pulih, kita kendalikan terlalu ketat, sehingga pariwisata tidak akan bisa pulih,” kata Koster, saat ditemui di Universitas Primakara, Denpasar, Bali, Selasa (28/5).
“Ke depan pariwisata perlu diatur lebih lanjut agar pariwisata yang sesuai dengan petunjuk Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur berbasis budaya yang berkualitas dan bermartabat,” imbuhnya.
<!–
/4905536/CNN_desktop/cnn_nasional/static_detail
–>
Sementara terkait penyebutan Megawati soal kafe tumbuh jamur yang menjadi sarang peredaran narkoba, menurutnya perlu penyesuaian.
“Ini harus dikoordinasikan, karena kekuasaan ada di kabupaten dan kota. Segala sesuatu yang berhubungan dengan hotel dan restoran, izinnya ada di kabupaten kota,” ujarnya.
“Jadi ke depan harus ada aturan, kebijakan, kerjasama antara pemerintah daerah dan pemerintah kabupaten dan kota, apalagi di daerah yang padat wisatawan, kafe sudah menjamur bahkan disalahgunakan untuk tujuan yang tidak baik, saya kira hal ini harus dikendalikan. ” dia berkata.
Sebelumnya, pada Rapat Kerja Nasional ke-5 PDIP di Jakarta Utara, Minggu (26/5/), Megawati Soekarnoputri menyinggung pengelolaan pariwisata Bali yang tidak terkendali sehingga berdampak pada kehidupan masyarakat setempat.
“Saya sudah marah ke Pak Koster, kalau kafenya dibiarkan seperti jamur, saya bilang itu tempat narkoba. Bali sudah mulai ranting Airnya berkurang, karena penduduk pulau seperti itu, ingin melanjutkan, selalu karena pariwisata. “Pariwisata boleh, tapi diukur dari kecilnya pulau itu,” kata Megawati.
Bandara di Bali Utara
Wayan Koster juga memberikan masukan terhadap proyek Bandara Bali Utara di Kabupaten Buleleng yang rencananya akan dilanjutkan oleh pemerintah pusat.
Koster mengatakan, sebelum berbicara mengenai pembangunan Bandara Bali Utara, yang perlu dibahas terlebih dahulu adalah persoalan akses infrastruktur, yaitu hubungan kabupaten kota di Bali dengan lokasi bandara di Buleleng.
“Pertama, tentukan dulu lokasi bandaranya. Lalu akses lokasi bandaranya, apakah infrastrukturnya akan berupa jalan tol atau sebagai alternatif kereta api misalnya. Ini perlu riset terlebih dahulu, dan infrastruktur penghubung ini Butuh waktu, entah itu jalan tol, atau saya kira kajiannya paling lama setahun, kata Koster.
Menurut Koster, infrastruktur akses dan penghubung ke Bandara Bali Utara perlu dipikirkan secara matang, agar tidak seperti Bandara Kertajati di Jawa Barat dan Bandara Kediri di Jawa Timur.
Berbeda dengan bandara baru di Jawa Barat, Kertajati. Selesai dibangun pada tahun 2018, hingga saat ini masih belum beroperasi maksimal. Padahal, baru beroperasi akhir tahun 2023 dan masih beroperasi, hanya tiga maskapai yang menggunakannya. yaitu Super Air Jet, Citilink, dan kalau tidak salah AirAsia,” ujarnya.
“Kita sering kali tidak bisa terbang karena keterbatasan ruang. Jadi, jangan sampai investasi yang besar itu tidak bisa maksimal karena akses pendukungnya belum siap. Begitu pula bandara lain di Kulon Progo (Yogyakarta) juga belum maksimal. Kediri (Jawa Timur) dua tahun siap, sampai sekarang masih belum bisa beroperasi. Jangan sampai pengalaman seperti ini terulang di Bali,” ujarnya.
Koster juga mengatakan bandara di Bali Utara harus memastikan mampu memperkuat perekonomian di Pulau Dewata, dan tidak meminggirkan pengusaha dan warga sekitar.
“Jangan terlalu banyak lahan, investasi masuk, lahan Bali semakin berkurang. Dan, kemudian masyarakat Bali berpindah dan masyarakat Bali tidak merasakan banyak keuntungan ekonomi,” ujarnya.
“Jangan sampai budaya Bali tergerus seperti Hawaii. Saya diingatkan, kalau bandara dibangun harus benar-benar menjaga budayanya agar tidak rusak seperti di Hawaii. manfaatnya bagi masyarakat, bukannya menggantikan penduduk lokal, itu yang diharapkan,” imbuhnya.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Bandara Internasional Bali Utara (BIBU), Panji Sakti, Erwanto Sad Adiatmoko Hariwibowo mengatakan, proses pembangunan Bandara Bali Utara, Kabupaten Buleleng, Bali, akan segera dilanjutkan atau dibangun yang sebelumnya sempat tertunda.
Erwanto mengatakan, proyek pembangunan Bandara Bali Utara di Kecamatan Kubuaddan, Buleleng telah mencapai akhir setelah melalui proses yang panjang, dan rencananya yang kini hampir 9 tahun akan dibangun kembali. Selain itu, beberapa pejabat atau pejabat tinggi tanah air telah mengunjungi lokasi Bandara Bali Utara dan menyampaikan bahwa Bandara Bali Utara merupakan suatu kebutuhan.
(kdf/anak-anak)
!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);
fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);