Jakarta, Pahami.id —
Media pemerintah Korea Utara kembali mengomentari kekacauan yang terjadi Korea Selatan dampak dari deklarasi darurat militer oleh Presiden Yoon Suk Yeol pada tanggal 3 Desember lalu.
Kantor berita Korea UtaraKantor Berita Pusat Korea (KCNA) pada Senin (16/12) mencap Yoon sebagai ‘pemimpin pemberontak’ atas tindakannya dalam menyatakan darurat militer yang berujung pada penuntutan.
“Penyelidikan terhadap boneka Yoon Suk Yeol, pemimpin pemberontakan, dan kaki tangannya sedang berlangsung,” tulisnya. KCNA dalam laporannya seperti dikutip Pos Pagi Tiongkok Selatan (SCMP).
“Mahkamah Konstitusi boneka akhirnya akan memutuskan apakah akan memecat Yoon atau tidak,” lanjut kantor berita Korea Utara.
Korea Utara menyebut Korea Selatan sebagai boneka karena hubungan Seoul dengan Amerika Serikat.
Ini adalah respons terbaru Korea Utara terhadap gejolak Korea Selatan menyusul drama darurat militer yang dilakukan Yoon. Pyongyang relatif tenang akhir-akhir ini meskipun sering kali sangat provokatif jika menyangkut Seoul.
Yoon sendiri mengungkit Korea Utara sebagai salah satu alasan mengapa status darurat militer harus diumumkan pada 3 Desember. Jika ditelusuri lebih jauh, situasi politik yang memanas antara Yoon dan pihak oposisi menyebabkan dia buru-buru mengumumkan darurat militer.
Saat ini, Yoon telah diberhentikan dari tugasnya sebagai kepala negara Korea Selatan akibat tindakannya tersebut. Mahkamah Konstitusi saat ini sedang mempertimbangkan apakah akan menyetujui mosi yang diajukan parlemen untuk memakzulkan Yoon.
Mahkamah Konstitusi mempunyai waktu 180 hari untuk memutuskan masa depan Yoon.
Karena jabatan presiden kosong, Perdana Menteri Han Duck Soo akan menjadi pengganti sementara.
KCNA dalam laporannya juga melaporkan kondisi ini yang mengatakan bahwa Yoon telah mengalihkan tanggung jawab atas “pernyataan darurat militer yang bodoh” kepada partai oposisi.
(rds/rds)