Berita Komnas Haji Sebut Rencana Pansus di DPR Tak Relevan

by


Jakarta, Pahami.id

Ketua Komisi Nasional Haji Mustolih Siradj membantah rencana tersebut DPR membentuk panitia khusus (pansus) untuk mengevaluasi pelaksanaan Haji 2024 tidak berhubungan.

Dia mengatakan dalil yang dikemukakan Tim Pengawasan Haji DPR juga lemah.


“Saya kira itu tidak relevan dan tidak mendesak, argumentasinya juga lemah. Misalnya masuk lewat kuota, salah,” kata Mustolih dalam diskusi Polemik Trijaya FM secara online, Sabtu (22/6).

Mustolih ragu agenda pansus akan terus berlanjut karena anggota DPR periode ini akan memasuki masa pensiun dalam waktu dekat.

Dia menjelaskan, operasional haji baru akan berakhir pada 21 Juli mendatang. Panitia khusus baru akan dibentuk setelah agenda haji selesai.

Sementara itu, pada saat yang sama, DPR akan memasuki masa reses.

“Tanggal 1 Oktober harus ada pengangkatan anggota DPR yang baru dan tidak diketahui keberadaannya di DPR bawa kembali “Persoalan DPR lama ke DPR baru,” ujarnya.

Meski begitu, Mustolih tetap mengapresiasi penemuan Timwas Haji. Diakuinya, Panitia Haji tahun ini bertindak cukup kritis.

Ia juga mengingatkan, catatan Timwas masih akan dikaji pemerintah sebagai masukan dan evaluasi penyelenggaraan haji pada tahun-tahun berikutnya.

Di saat yang sama, Direktur Pembinaan Haji Direktorat Jenderal PHU Kementerian Agama Arsyad Hidayat juga menanggapi temuan Timwas Haji.

Ia mengaku menghormati sepenuhnya temuan Tim Haji DPR pada penyelenggaraan haji tahun ini.

Namun, dia menegaskan, temuan tersebut juga harus dibarengi dengan data yang valid.

“Misalnya dari 221 ribu atau 213.320 jamaah, satu kasus hanya menimpa 1 atau 2 orang, apakah itu termasuk temuan?” dia berkata.

Misalnya saja pada acara pernikahan yang hanya melibatkan seribu orang, di sana-sini pasti ada tamu yang bilang makanannya kurang pas, imbuhnya.

DPR sebelumnya berencana membentuk panitia khusus untuk mengevaluasi pelaksanaan haji 2024.

Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Diah Pitaloka mengatakan pembentukan pansus diharapkan mencakup masalah keuangan dan manajemen.

“Untuk melihat variabelnya antara lain pengelolaan keuangan haji, pengelolaan kuota, akses layanan haji yang tepat, fasilitas haji yang tepat. Setidaknya tidak ada lagi perguruan tinggi yang kapasitasnya lebih banyak. Kemudian harga penerbangannya tidak terlalu mahal, soal efisiensi biaya. berangkat haji,” kata Diah saat dihubungi CNNIndonesia.comSelasa (18/6).

(mnf/malam)