Jakarta, Pahami.id —
Malaysia tanya warganya yang tinggal di Bahasa inggris waspada dan jauhi kerumunan menyusul terjadinya kerusuhan di beberapa kota di negara Eropa ini.
Himbauan tersebut disampaikan Kementerian Luar Negeri Malaysia dalam tayangan yang diunggah di akun resminya @MalaysiaMFA, Minggu (4/8).
“Warga Malaysia yang tinggal atau bepergian ke Inggris disarankan untuk menjauh dari area protes, waspada, dan mengikuti informasi dan panduan terkini yang diberikan oleh otoritas setempat,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Malaysia.
Mereka juga meminta masyarakat segera mendaftar ke Komisi Tinggi Malaysia di London untuk mendapatkan informasi terkini dan bantuan tepat waktu.
Selain itu, Kementerian Luar Negeri Malaysia menyatakan bahwa warga negara yang memerlukan bantuan konsuler dapat menghubungi Komisi Tinggi di Belgrave Square, London, atau melalui telepon +44 20 3931 6196/+44 20 7235 8033
“Kementerian Luar Negeri akan berusaha untuk menginformasikan perkembangan terkini kepada masyarakat,” tambah mereka.
Inggris belum pulih dari serangkaian protes yang berubah menjadi kekerasan di beberapa daerah.
Menurut laporan AFP Kerusuhan tersebut dipicu oleh rumor palsu tentang latar belakang Axel Rudakubana, 17 tahun, yang dituduh melakukan penikaman massal di Southport, Merseyside.
Penikaman tersebut menyebabkan tiga anak tewas dan 10 lainnya luka-luka. Mereka yang tewas adalah Bebe King (6), Elsie Dot Stancombe (7), dan Alice DaSilva Aguiar (9).
Rumor palsu tentang latar belakang terduga pelaku beragama Islam, Rudakubana, tersebar luas di media sosial. Narasi tersebut kemudian menyulut sebagian warga untuk melakukan demonstrasi dan dieksploitasi oleh kelompok sayap kanan. Massa menargetkan masjid-masjid di Inggris.
Di Southport, orang-orang melemparkan batu bata ke sebuah masjid. Di Belfast, Irlandia Utara, pengunjuk rasa melemparkan kembang api di tengah ketegangan antara kelompok anti-Islam dan demonstrasi anti-rasisme.
Kota di timur laut Inggris, Sunderland, pun tak luput dari kerusuhan. Massa membakar mobil, kantor polisi, menjarah toko-toko dan menyerang masjid. Menanggapi kerusuhan tersebut, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer berjanji siapa pun yang melakukan tindakan kekerasan akan menghadapi hukum.
Ia juga menuduh “geng” membajak kesedihan bangsa untuk menyebarkan kebencian.
(nsa/DAL)