Berita Kenapa AS-Barat ‘Buang Muka’ dari Israel dan Dukung Palestina Merdeka?

by

Jakarta, Pahami.id

Amerika SerikatInggris, dan Uni Eropa baru-baru ini mulai mengkhawatirkan kiamat tersebut Israel menolak mentah-mentah gagasan kemerdekaan Palestina.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa prinsip kebutuhan keamanan negaranya tidak sesuai dengan negara Palestina.


“Saya tidak akan mengkompromikan kontrol keamanan penuh Israel atas seluruh wilayah barat Yordania, dan ini bertentangan dengan negara Palestina,” kata Netanyahu dalam postingan di X, seperti dikutip CNNMinggu (21/1).

Wilayah barat Yordania meliputi Israel, Tepi Barat Palestina yang diduduki Zionis, dan Jalur Gaza yang dikuasai kelompok Hamas.

Penolakan Netanyahu terjadi tak lama setelah Presiden AS Joe Biden mendesaknya tentang perlunya mendirikan negara Palestina di masa depan untuk mengatasi konflik bertahun-tahun di Jalur Gaza.

Dalam panggilan telepon pada Jumat (19/1), Biden mengatakan kepada Netanyahu bahwa solusi dua negara adalah jalan sejati menuju perdamaian.

Namun, Netanyahu menegaskan bahwa Israel akan terus mempertahankan kontrol keamanannya atas Gaza dan memastikan bahwa Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps mengaku kecewa dengan pernyataan Netanyahu. Shapps menegaskan, Palestina layak menjadi negara berdaulat. Baginya, tidak ada solusi yang lebih baik selain solusi dua negara.

“Palestina berhak menjadi negara berdaulat, Israel berhak mempunyai kapasitas penuh untuk mempertahankan diri dan keamanannya sendiri. Namun hal itu hanya bisa tercapai jika mewujudkan solusi dua negara. Selain itu, tidak ada pilihan lain. solusi yang lebih baik,” kata Shapps kepada BBC.

Menteri Luar Negeri Prancis Stephane Sejourne pun menyatakan keprihatinannya atas pernyataan Netanyahu. Menurutnya, “ada kebutuhan untuk mendirikan negara Palestina dengan jaminan keamanan bagi semua pihak.”

Menteri Luar Negeri Belgia, Hadja Lahbib, juga menekankan krisis kemanusiaan di Gaza yang dihadapi masyarakat.

“Gaza berada dalam situasi yang sangat mendesak. Ada risiko kelaparan. Ada risiko epidemi. Kekerasan harus dihentikan,” kata Lahbib seperti dikutip Associated Press.

Sejak dilancarkan Oktober lalu, invasi Israel ke Jalur Gaza telah menewaskan lebih dari 25 ribu orang, yang mayoritas adalah anak-anak dan perempuan.

Ini menjadi konflik terpanjang, paling berdarah dan paling merusak antara kedua wilayah tersebut.

Masyarakat sipil di Gaza terus menderita akibat krisis kemanusiaan yang parah karena mereka kekurangan makanan, air bersih dan akses terhadap layanan kesehatan.

Komunitas global telah berulang kali mengkritik Israel dan menyerukan gencatan senjata. Afrika Selatan bahkan mengambil langkah berani dengan menyeret Negara Zionis ke Mahkamah Internasional (ICJ) atas dugaan genosida terhadap rakyat Palestina.

Dengan situasi seperti ini, mengapa AS dan negara-negara barat mulai berpaling dari Israel dan mendorong kemerdekaan Palestina?

Bersambung di halaman berikutnya…


!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);

fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);