Jakarta, Pahami.id –
Wakil Menteri Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan (PPPA) Veronica Tan Prihatin dengan kasus -kasus kekerasan seksual yang meluas terhadap perempuan dan anak -anak di NUSA tenggara timur (Ntt).
“Saya khawatir tentang banyak kasus kekerasan seksual yang terjadi pada wanita dan anak -anak di sana dan berjuang dari lingkaran kekerasan,” kata Veronica kepada Cnnindonesia.comRabu (5/21).
Veronica mendorong polisi untuk menyelidiki kasus -kasus ini dengan hati -hati. Dia juga meminta Direktorat Markas Polisi PPA PPA untuk melakukan bantuan penegakan hukum yang memprioritaskan keadilan dan pemulihan para korban.
Dia mengatakan kementerian PPPA sedang berusaha melibatkan unsur -unsur masyarakat dan lembaga pemerintah dalam menangani temuan ini.
“Untuk menghadiri memperkuat bahwa proses hukum tidak lambat dan memiliki efek dari pelaku dengan hukuman maksimal,” katanya.
Tingkat kejahatan seksual yang tinggi di NTT diturunkan oleh wanita dan anak -anak NTT (Ayah).
Pada pertemuan dengan Komisi Komisi III, mereka mengungkapkan bahwa 75 persen tahanan di NTT adalah kejahatan seksual.
Ayah mengatakan kasus -kasus kejahatan seksual terus meninggal dalam 15 tahun terakhir, membuat wilayah itu sekarang kejahatan seksual darurat terhadap wanita dan anak -anak.
Meningkatnya kasus kejahatan seksual, meningkat dari 2010 menjadi 2025. Data yang diterima pada tahun 2024 mencapai 400 kasus.
Selama awal 2025, hingga Maret, kasus ini dicatat pada 139. Ayah memperkirakan bahwa kasus tersebut dapat meningkat menjadi 600 hingga akhir 2025.
“Faktanya adalah bahwa 75 persen tahanan di NTT adalah bahwa penjahat seksual telah menjadikan NTT keadaan darurat kejahatan seksual terhadap perempuan dan anak -anak,” kata ketua tim penggerak NTT PKK, Asti Laka Lena dalam pertemuan dengan Komisi Dewan Perwakilan III, Jakarta, Selasa (5/20).
(FRA/MNF/FRA)