Berita Jelang Puncak Haji, Banyak Jemaah Indonesia Belum Terima Kartu Nusuk

by


Makkah, Pahami.id

Kongregasi Haji Indonesia belum banyak menerima Kartu penusuk. Meskipun kartu ini adalah identitas digital dari jemaat yang harus dimiliki dan digunakan untuk kegiatan, termasuk memasuki masjid besar.

Dengan lebih dekat ke puncak ziarah, kekuatan Arab Saudi mengencangkan keamanan di berbagai lokasi ibadah dengan melakukan pemeriksaan di beberapa titik pemeriksaan.

Pemeriksaan ini adalah untuk memastikan bahwa para peziarah yang memasuki situs penting ini telah didaftarkan dan disertifikasi sebagai jemaat yang disetujui oleh pemerintah Saudi. Jemaat harus menunjukkan kartu penusuk sehingga dapat melewati inspeksi.


Tetapi sampai semua peziarah mulai diarahkan ke Mekah (keduanya dari Madinah dan dilanjutkan dari Indonesia) minggu ini, masih ada puluhan ribu peziarah yang belum menerima kartu penusuk.

Sepasang suami dan istri dari Majalengka dihentikan oleh seorang perwira di titik cek sebelum memasuki masjid besar ketika dia akan menjalankan Tawaf, karena dia tidak bisa menunjukkan kartu itu.

“Saya bukan kartu, istri saya telah selesai, saya akhirnya menunjukkan bukti Biovis dan diizinkan untuk lulus,” kata jemaat yang meminta identitasnya untuk merahasiakannya.

Penjelasan dari kantor layanan Nunu Wick yang diterima oleh jemaat mengatakan bahwa semua kartu akan diselesaikan oleh penyedia layanan (Syarikah) yang telah disewa oleh pemerintah Indonesia.

Bahkan sampai hari ini, kartu tersebut belum diterima oleh beberapa peziarah sehingga mereka berisiko untuk akses penting untuk ibadat seperti doa di Masjid Besar. Tanpa kartu tusuk, peziarah juga terancam akses ke ritual ziarah di Arafat, Muzdalifah dan Mina.

Distribusi masih berlangsung

Sementara itu, Direktur Jenderal Haji dan Umrah Implementasi Kementerian Agama Hilman Latief mengatakan proses mendistribusikan kartu NAPS untuk peziarah dari Indonesia masih di Madinah dan di Mekah.

“Di Medina, distribusi kartu NAP berlanjut dan kami mempercepat. Tuhan sudah siap, itu mulai menurun karena tidak ada kedatangan baru di Medina untuk mengirim Makkah,” kata Hilman dalam RDP dengan Dewan Perwakilan Rakyat VIII, Senin (6/19).

Dia mengatakan proses percepatan dilakukan oleh tim dari Kementerian Haji, Kementerian Agama dan Penyedia Layanan yang Bertanggung Jawab.

Hilman menjelaskan bahwa berbeda dengan tahun lalu, tahun ini pemerintah Saudi sangat sulit untuk memberikan izin untuk memasuki Mekah.

“Jadi, jika tahun lalu memasuki Mekah, itu relatif mudah, tetapi mereka tidak sulit untuk dilarang, tetapi tahun ini ke Mekah sangat sulit, sangat ketat, satu -satunya selain kartu yang bisa melewati jemaat dan kemudian suku kata,” katanya.

Hilman mengatakan distribusi kartu NAP terus menjadi Mekah.

“Proses distribusi masih berlangsung dan sekarang di Mekah masih berlangsung,” katanya.

Dilaporkan dari antara, Kamis lalu (5/15), dari sekitar 90 ribu peziarah Indonesia yang tiba di Arab Saudi melalui Madinah, 35 ribu peziarah tidak aktif/didistribusikan.

Sampai saat ini, Kementerian Agama belum memperbarui data tentang jumlah kartu nuning yang telah didistribusikan.

Definisi Kartu Penindikan

Kartu NAP adalah identitas digital yang harus dimiliki dan digunakan setiap peziarah di Saudi.

Kartu penikaman diperkenalkan oleh Kementerian Haji dan Umrah sejak tahun lalu, dan telah digunakan sebagai alat ziarah besar yang diakui oleh pemerintah Saudi.

Kartu ini berisi kode QR yang memegang identitas utama jemaat termasuk nama, paspor, dan nomor BIOVIS.

Mengutip dari situs web resmi Kementerian Agama Indonesia Hilman Latief beberapa waktu menjelaskan tiga fungsi utama dari kartu Nuning.

Pertama, tidur adalah layanan Syarikah. Tahun ini, layanan para peziarah Indonesia dikelola oleh delapan perusahaan swasta bernama Syarikah,

“Setelah tiba di Madinah, jemaat akan ditempatkan di hotel yang telah ditentukan oleh Syarikah.

Hilman mengatakan itu adalah tanggung jawab petugas untuk memastikan bahwa setiap jemaat memiliki kartu tusuk. Ini akan mempercepat proses pengenalan dan layanan karena para peziarah disinkronkan oleh data silabus.

Kedua, menusuk adalah kondisi untuk memasuki masjid besar. “Dengan satu -sistem dan sistem konfirmasi melalui ‘tidur’, Tuhan sudah siap, prosesnya akan lebih terorganisir dan lancar,” katanya.

Ketiga, penggunaan ‘Poking’ akan dirasakan di puncak haji, pergerakan jemaat dari Mekah ke Arafat, lalu ke Muzdalifah, dan Mina.

“Kami akan memberikan pertimbangan khusus kepada orang tua dan teman -teman mereka, tetapi secara umum, ‘menusuk’ akan menjadi data referensi yang sangat penting untuk mengelola lebih dari 2 juta peziarah. Jika data kami tidak akurat, efeknya akan sangat besar,” kata Hilman.

(Team/Sur/BAC)