Jakarta, Pahami.id —
Amerika Serikat pada Rabu (28/2) tepat Israel untuk mengizinkan umat Islam beribadah di kompleks Masjid Al-Aqsa, Yerusalem pada bulan Ramadhan. AS menilai hal ini ada hubungannya dengan apa yang harus dilakukan dan keamanan Israel.
Seruan itu dibuat setelah seorang menteri sayap kanan mengusulkan larangan terhadap orang-orang tersebut Palestina dari Tepi Barat salat di Masjid Al-Aqsa di tengah invasi militer Israel yang masih berlanjut hingga saat ini.
Terkait Al-Aqsa, kami terus mendesak Israel untuk memfasilitasi akses ke Temple Mount bagi jamaah yang beribadah dengan damai sepanjang Ramadhan sesuai dengan praktik masa lalu, kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller.
“Ini bukan hanya tentang hal yang benar untuk dilakukan, ini bukan hanya tentang memberikan kebebasan beragama yang pantas dan berhak mereka dapatkan, namun ini juga merupakan sesuatu yang secara langsung penting bagi keamanan Israel,” katanya.
“Bukan kepentingan keamanan Israel untuk memprovokasi ketegangan di Tepi Barat atau wilayah yang lebih luas,” ujarnya seperti dilansir AFP.
Israel telah meninjau bagaimana melakukan ibadah di Yerusalem selama Ramadhan, bulan suci Islam yang akan dimulai pada 10 atau 11 Maret.
Bulan puasa tahun 2024 datang ketika Israel masih terus melancarkan serangan brutal ke Jalur Gaza sebagai respons atas serangan besar-besaran Hamas di wilayah Israel pada 7 Oktober. Serangan itu telah menewaskan hampir 30 ribu warga Palestina.
Pekan lalu, Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gvir, mengatakan bahwa warga Palestina di Tepi Barat “tidak boleh” memasuki Yerusalem untuk beribadah selama bulan Ramadhan.
“Kami tidak bisa mengambil risiko,” katanya, seraya menambahkan: “Kami tidak bisa menyandera perempuan dan anak-anak di Gaza dan membiarkan Hamas merayakannya di Temple Mount.”
Ben Gvir memimpin partai sayap kanan yang mendukung kendali Yahudi atas kompleks tersebut.
Amerika Serikat telah mendorong tercapainya kesepakatan sebelum Ramadhan dimulai, di mana Israel akan menghentikan serangannya di Jalur Gaza dan para sandera yang diculik pada 7 Oktober akan dibebaskan.
Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden berharap gencatan senjata di Gaza bisa dimulai awal pekan depan. Beberapa pihak sedang membahas kesepakatan tersebut, termasuk upaya menghentikan pertempuran.
Mereka juga membahas pembebasan sandera Israel di Gaza dan pertukaran sandera dan tahanan Palestina.
“Penasihat keamanan nasional saya mengatakan kepada saya bahwa kita sudah dekat, kita sudah dekat, dan… [perundingan] belum selesai,” kata Biden, dikutip AFP.
(AFP/Kris)
!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);
fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);