Berita AS Cs Simulasi Perang Pakai Jet dan Bom Murah, Bikin China Penasaran

by


Jakarta, Pahami.id

Amerika Serikat dan sekutunya menggelar latihan angkatan laut terbesar di perairan Pasifik, tepatnya di lepas pantai Pulau Kauai, sebelah utara Hawaii.

Latihan tersebut digelar pada awal Juli dengan menggunakan pesawat pengebom B-2 Angkatan Udara AS. Dalam simulasi perang, jet bomber dilatih untuk menghancurkan kapal-kapal besar.


Laporan dari CNN, para analis militer menilai latihan tersebut “sangat penting” karena berhasil menghancurkan kapal serbu amfibi bekas berukuran besar seukuran kapal induk, USS Tarawa, dengan teknologi bom murah. USS Tarawa memiliki panjang 820 kaki dan bobot berbobot 39.000 ton.

Uji coba senjata tersebut dilakukan pada 19 Juli, dan dijuluki QUICKSINK oleh Angkatan Udara AS.

Latihan tersebut menunjukkan bahwa AS dapat menggunakan platform senjatanya yang paling kuat untuk menenggelamkan kapal permukaan besar hanya dengan bom berpemandu yang murah.

“Kemampuan ini merupakan respons terhadap kebutuhan mendesak untuk segera menetralisir ancaman maritim di lautan luas di seluruh dunia dengan biaya minimal,” kata Armada Ketiga Angkatan Laut AS, yang memimpin Lingkar Pasifik 2024 (RIMPAC), sebuah latihan yang mencakup tenggelamnya bekas kapal Tarawa.

Dikutip CNN, jet pembom B-2 merupakan pesawat militer AS tercanggih. Angkatan Udara AS mengatakan karakteristik silumannya memungkinkan jet tersebut menembus wilayah yang dikontrol ketat dan terbang dengan sedikit kemungkinan terdeteksi oleh radar di ketinggian.

Hal ini memberikan sensor B-2 kemampuan untuk melihat medan perang dengan cara yang tidak mungkin dilakukan oleh pesawat terbang rendah.

Lebih jauh lagi, jika B-2 dipadukan dengan bom berpemandu presisi yang relatif murah dan efektif serta memiliki hulu ledak hingga 2.000 pon, jet tersebut dapat mengalami “kematian” yang melumpuhkan sebuah kapal, seperti torpedo yang diluncurkan kapal selam tanpa bom tersebut. kerentanan. sama sekali.

“Kapal selam Angkatan Laut mempunyai kemampuan untuk meluncurkan dan menghancurkan kapal dengan satu torpedo kapan saja, namun dengan meluncurkannya, lokasi kapal akan terlacak dan kapal tersebut akan menjadi sasaran serangan,” kata Laboratorium Penelitian Angkatan Udara.

Para analis menilai latihan QUICKSINK dengan B-2 akan membuat Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLAN) Tiongkok khawatir jika ada kemungkinan konflik di Pasifik barat, termasuk di sekitar titik panas seperti Taiwan, Filipina, dan pulau-pulau selatan Jepang.

“Ini sangat penting,” kata Carl Schuster, mantan kepala Pusat Intelijen Gabungan Komando Pasifik AS.

“Kemampuan anti-maritim yang ditunjukkan B-2 akan menghalangi atau bahkan mencegah operasi PLAN di timur Taiwan atau di lepas pantai Filipina. Anda tidak dapat mengabaikan senjata yang dapat menenggelamkan kapal berbobot 25.000 ton lebih dengan satu serangan,” tambah Schuster.

Latihan angkatan laut ini sendiri telah dimonitor oleh China bahkan sebelum upaya kapal karam dimulai.

Media Tiongkok, Global Times, pada 27 Juni alias hari dimulainya RIMPAC menulis artikel yang menjelaskan, “satu-satunya negara yang dianggap AS sebagai ‘musuh’ yang mengoperasikan kapal serbu amfibi berbobot 40.000 ton di kawasan Asia-Pasifik adalah Cina.”

Artikel ini menunjukkan bahwa China sudah mengetahui bahwa AS sedang melakukan operasi yang melibatkan kapal penyerang berbobot puluhan ribu ton di kawasan Pasifik.

Angkatan Laut Tiongkok memiliki tiga kapal serbu amfibi Tipe 075, yang berbobot sekitar 36.000 ton. Kapal-kapal sedang bertugas dan kapal lainnya sedang dipersiapkan.

Kapal serbu amfibi baru yang lebih besar, Type 076, juga sedang dibangun.

Dalam artikel tersebut, Global Times mengutip Song Zhongping, seorang pakar militer Tiongkok dan komentator TV, yang mengatakan bahwa Type 075 dapat digunakan untuk aksi di Selat Taiwan atau Laut Cina Selatan jika situasinya memerlukannya.

“Pemilihan USS Tarawa sebagai target tenggelam mencerminkan kekhawatiran AS dan sekutunya terhadap perkembangan dan kekuatan maritim Tiongkok, terutama terkait pencegahan militer di Pulau Taiwan,” demikian ulasan Global Times.

Namun menurut Global Times, tenggelamnya kapal eks Tarawa tidak ada hubungannya dengan tahun 2024 seperti ini.

“Kapal usang seperti itu tidak bisa dibandingkan dengan peralatan militer modern,” tulis Global Times.

(blq/rds)