Berita Anak-Anak di NTT Butuh MBG, Masih Banyak Stunting

by


Kupang, Pahami.id

Pj Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Andriko Noto Susanto mengatakan anak-anak di provinsi tersebut sangat membutuhkan makanan bergizi gratis (MBG).

Pasalnya, kata dia, masih banyak anak di NTT yang menderita stunting dan masih banyak warga NTT yang menderita kemiskinan dan kemiskinan ekstrem.

“(MBG) sangat dibutuhkan di Provinsi Nusa Tenggara Timur, menyediakan makanan bergizi bagi anak-anak setiap hari,” kata Andriko saat meninjau hari pertama pelaksanaan MBG di Kota Kupang awal pekan ini, Senin (13/1).


“Yang ingin kami pastikan, makanan bergizi gratis sangat dibutuhkan di NTT. NTT masih menghadapi masalah stagnasi yang cukup besar. NTT juga masih memiliki jumlah masyarakat miskin membandel yang relatif besar,” imbuhnya.

Menurut Andriko, pemberian makanan bergizi gratis ini diharapkan dapat dilaksanakan dengan pola sinergi dan kerjasama berbagai pihak sehingga dapat berjalan baik dalam mengurangi masalah stunting dan kemiskinan ekstrem di NTT.

Ia menilai pemberian hibah MBG juga mampu memberikan pemulihan ekonomi dan dampak ekonomi yang baik bagi petani dan peternak di NTT.

“Bahan baku makanan bergizi gratis ini kami ambil dari petani lokal kami, seluruh menu dibeli dari petani dan peternak kami termasuk ikan, tahu dan sayur mayur, tidak ada yang impor,” jelas Andriko.

Katanya, nilai ekonomi penduduk lokal dari pemberian makanan bergizi gratis dalam setahun bisa melebihi Rp 8 triliun, lebih tinggi dari APBD NTT. Oleh karena itu, ia berharap program Pangan Bergizi Gratis juga dapat menggairahkan perekonomian masyarakat di NTT.

“(Makanan) yang dibeli Badan Gizi Nasional diberikan kepada anak-anak ini,” kata Andriko.

Berdasarkan data Badan Gizi Nasional, total Unit Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) berjumlah 749. Dari 749 tersebut, baru dua SPPG yang menyalurkan MBG ke 19 sekolah dengan sasaran 6.378 siswa sekolah.

Andriko menargetkan pada pertengahan tahun 2025 seluruh SPPG di daerah sudah bisa menyalurkan MBG kepada pelajar, ibu hamil, dan anak kecil.

Menurut Tim Pemantau Badan Pangan Nasional KTI Florencio Mario Vieira, standar SPPG yang bisa menyalurkan MBG sangat ketat. Selain harus memenuhi standar BGN, setiap SPPG yang siap beroperasi juga akan langsung tersertifikasi oleh BGN.

Hal ini untuk menjaga kualitas gizi makanan bagi pelajar, ibu hamil dan anak-anak dalam program Makanan Bergizi Gratis.

Oleh karena itu, lanjut Mario, BGN tidak mengejar kuantitas tetapi akan mengutamakan kualitas agar pangan yang dihasilkan untuk dikonsumsi benar-benar berkualitas.

(eli/anak)