Berita Alasan Cucun DPR Semprot Penanya soal Ahli Gizi hingga Minta Maaf

by
Berita Alasan Cucun DPR Semprot Penanya soal Ahli Gizi hingga Minta Maaf


Jakarta, Pahami.id

Wakil Ketua DPR RI Cucun Ahmad Syamsurizal mendapat sorotan atas pernyataannya yang menuding penanya sombong dan menyebut program makan gratis bergizi (Nyonya) tidak memerlukan Ahli ilmu gizi.

Hal itu disampaikan Cucun pada Forum Unifikasi Unit Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) se-Kabupaten Bandung, Jawa Barat yang digelar beberapa waktu lalu.

Setelah viral dan mendapat kritikan dari kanan dan kiri, termasuk di media sosial, Cucun angkat bicara. Tak hanya buka suara, politikus PKB itu juga meminta maaf karena pernyataannya menyinggung profesi gizi.


Saya mohon maaf jika dinamika diskusi di ruang mengenai klaim aspirasional menjadi konsumsi masyarakat dan dianggap menyinggung profesi gizi.kata Cucun melalui akun Instagramnya Cucun_centerdikutip Senin (17/11).

Dalam unggahan tersebut, ia mengaku tujuannya untuk meluruskan kemungkinan jika ada perubahan saluran yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi program MBG.

Kemudian dia menjelaskan, usulan perubahan penyuntikan ‘ahli gizi’ di SPPG ke tim ‘pengendalian mutu’ masih sebatas wacana.

Usulan perubahan dari ‘nutritionist’ menjadi ‘quality control’ atau ‘nutritional food supervisor’ masih sebatas wacana dan belum tentu dilaksanakan.Kata pria yang terpilih menjadi anggota DPR dari Daerah Pemilihan (Dapil) itu. Jawa Barat II yang meliputi Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat.

Usai polemik tersebut, Cucun menggelar pertemuan dengan Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) dan Badan Gizi Nasional (BGN) di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin. Dalam pertemuan tersebut, pemerintah dan DPR sepakat untuk mengoptimalkan profesi gizi untuk program MBG.

Berbicara kepada wartawan usai pertemuan Senin sore, Cucun ditanya wartawan apakah ia juga langsung meminta maaf kepada Persagi.

Jawabnya, “Sudah saya sampaikan di media sosial saya. Tadi malam kami juga berdiskusi dengan Ketum Persagi, meski pemikirannya yang luar biasa dibahas di sini. Kami juga menyampaikannya di awal.”

Kemudian terkait forum virus, Cucun mengaku saat itu sedang menjalankan tugasnya sebagai anggota DPR di daerah pemilihan, yakni melakukan pengawasan.

“Jadi kami menjalankan fungsi pengawasan,” ujarnya kepada wartawan.

“Pengawasan ikut dalam rapat konsolidasi, khususnya di daerah pemilihan.

Kemudian mengenai pertemuannya dengan BGN dan Persagi hari itu, Cucun menjelaskan, “Sebelumnya saya sampaikan cita-cita saya disini bersama BGN, memaksimalkan profesi ahli gizi.”

Namun, menurut dia, usulan perubahan nomenklatur atau terminologi ahli gizi di SPPG awalnya muncul dalam rapat di Komisi IX DPR. Usulan tersebut diajukan untuk mencari solusi atas kekurangan ahli gizi.

Namun usulan tersebut dinilai berisiko karena dapat menyebabkan program MBG diberikan kepada pihak yang kurang kompeten.

“Kami akan bereaksi, kami ambil, kalau seperti ini maka itu akan menjadi profesi yang tersingkir bersama profesi lainnya,” ujarnya.

Cucun telah banyak dikritik

Pernyataan Cucun dalam Forum Unifikasi SPPG se-Kabupaten Bandung, Jawa Barat mengenai rencana penggantian istilah gizi menuai banyak kritik. Pernyataan ini ia sampaikan untuk menjawab pertanyaan dan saran dari peserta forum.

Jika pada akhirnya tetap ingin merekrut dari non ahli gizi, jangan gunakan label nutrisi lagikata peserta yang dikutip dalam rekaman video viral tersebut.

Namun di tengah penjelasan konteks pertanyaan, Cucun buru-buru menyela penjelasan peserta.

Anda (berbicara) terlalu lama. Yang lain menyesalinya“ucap Cucun.

Saya tidak suka anak muda sombong seperti ini. Hanya karena Anda sekarang diwajibkan oleh pemerintah, Anda berbicara tentang hukum. Saya pengambil kebijakan, orang yang menangani gizi. Tidak perlu ahli gizi. Apakah pantas atau tidak? Nanti saya selesaikan di DPR” tambahnya.

Secara terpisah, mengutip dari Di antaraKepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menanggapi pernyataan anggota DPR yang mengusulkan pembentukan tenaga gizi lulusan SMA dan menegaskan, profesi yang menjadi pilar utama Unit Pelayanan Rehabilitasi Gizi (SPPG) minimal harus bergelar Sarjana.

“Prioritas pertama pada tahap awal adalah lulusan gizi, namun kita tahu produksi lulusan gizi terbatas, sementara program ini terus berjalan.

Dadan menegaskan, sikap BGN terhadap ahli gizi di SPPG sudah tegas, yakni menetapkan standar menu nasional yang menentukan kualitas MBG bagi penerima manfaat.

“Program ini dirancang tanpa menetapkan menu standar nasional. Oleh karena itu, di setiap SPPG harus ada yang paham gizi, kalau bukan sarjana gizi, misalnya sarjana kesehatan masyarakat, pasti ada pelajaran gizi. Teknologi pangan, yang ada ilmu gizi di dalamnya,” ujarnya.

(Anak/Ugo)