Jakarta, Pahami.id —
Politisi PDIP Adian Napitupulu membantah partainya terpecah belah terkait kasus Sekjen Halo Kristiyanto yang saat ini sedang menjalani beberapa proses hukum di Komisi Pemberantasan Korupsi dan Polda Metro Jaya
Adian mengatakan, di PDIP tidak ada kubu, yang ada hanya perbedaan cara bersikap.
“Tidak, tidak ada kamp. Yang seperti ini, ada yang sumbunya panjang, ada yang sumbunya pendek, ada yang tidak ada sumbunya. Saya Itu kategori yang tidak punya sumbu ya. Kamu tahu,” kata Adian saat berdiskusi di kawasan Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Jumat (28/6).
Pernyataan Adian itu menanggapi aktivis hak asasi manusia sekaligus Direktur Amnesty International (AI), Usman Hamid.
Dalam pandangannya, Hamid melihat ada perpecahan di PDIP terkait beberapa proses hukum terhadap Hasto.
Usman melihat tidak semua kader PDIP vokal atau ikut mengkritisi proses legislasi Hasto, baik di Polda Metro Jaya maupun KPK.
Menurut dia, politisi PDIP di DPR terkesan masih menunda-nunda dalam menjawab kasus ini.
Saya harus sampaikan, dari PDIP sendiri berapa yang berani angkat bicara mempertanyakan pemanggilan Polda dan pemanggilan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ke Sekjen PDIP, kata Usman Hamid.
Dalam kesempatan itu, secara umum ia menekankan sikap legislasi atau pengawasan terhadap kasus Hasto yang dinilainya melanggar beberapa prosedur.
Terlepas dari DPR secara umum, Usman menilai sebagian anggota DPR dari PDIP masih terlihat ragu untuk mengkritisi kasus tersebut.
Menurut dia, saat ini tidak semua kader PDIP mengambil sikap tegas sebagai oposisi. Hanya sedikit, termasuk Hasto, yang menurutnya berada di barisan oposisi.
“Ada keraguan segelintir orang di PDIP yang juga punya pertimbangan tersendiri untuk mengambil posisi oposisi. Saya kira Hasto ada di oposisi,” ujarnya.
“Sementara itu, ada pula yang masih agak ragu untuk mengambil sikap oposisi. Jadi legislatif pengawasan “atau fungsi pengawasan di tingkat politik parlemen juga nyaris tumpul,” tambah Usman.
(thr/wis)