Putra Mahkota dan Perdana Menteri Arab Saudi Muhammad bin Salman (MBS) terus menjadi fokus karena kebijakan.
Dari rentetan pergantian yang dilakukan MbS di Saudi, ia juga disebut melemahkan pengaruh Wahhabi.
Wahhabi adalah salah satu ajaran ‘penyucian’ yang dibawakan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab. Intisari dari mensucikan ajarannya adalah dengan mengacu langsung pada Al-Quran dan Hadits, serta ingin mensucikan Islam seperti yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad SAW dan tiga generasi sesudahnya.
Istilah yang juga umum digunakan untuk kelompok gerakan ‘pemurnian’ Islam adalah ajaran Salafi.
Salah satu dari sekian banyak ajaran pengudusan Salafi, termasuk Wahhabisme, adalah menempatkan perempuan dan menganggap suara mereka sebagai bagian pribadi.
Pengamat menganggap ajaran Wahhabi ketat dan menolak bid’ah karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam atau bid’ah.
Berikut upaya MbS melemahkan pengaruh Salafi dan Wahhabi.
1. Membolehkan perempuan tanpa hijab
MbS mengatakan perempuan di Arab Saudi bisa melepas cadar dan melarang penggunaan abaya saat ujian sekolah.
Pernyataan MbS terkait bolehnya melepas jilbab dan pelarangan abaya sudah beredar sejak 2018.
“Sepenuhnya terserah pada perempuan untuk memutuskan jenis pakaian sopan dan terhormat apa yang akan ia pilih,” kata MbS saat itu.
2. Melarang pemakaian abaya di sekolah
Pada Desember 2022, Arab Saudi melarang perempuan mengenakan abaya saat ujian sekolah.
Kebijakan tersebut dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Komisi Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan Saudi (ETEC).
ETEC menyatakan bahwa siswi harus mengenakan pakaian yang pantas untuk menjaga kesopanan publik di ruang ujian.
“Penting untuk memperhatikan aturan berpakaian yang pantas untuk menjaga kesopanan masyarakat di ruang ujian, mengingat dilarang mengenakan abaya selama ujian,” menurut ETEC.
3. Perempuan bergabung dengan tentara
Pada Februari 2021, pemerintah Saudi membuka pendaftaran Angkatan Bersenjata bagi perempuan. Mereka yang berusia 21 hingga 40 tahun dipersilakan untuk melamar.
Kemudian pada bulan September 2021, Pemerintah meluluskan tentara wanita gelombang pertama dari Pusat Pelatihan, seperti dikutip Saudi Gazette.
Wisuda ini digambarkan sebagai sejarah sebagai upaya reformasi pemberdayaan perempuan yang dicanangkan pemerintah.
Bersambung di halaman berikutnya…
!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);
fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);