Ternyata Ini Alasan Xiaomi Sering Rilis HP Terbaiknya Hanya di China – Tekno

by
Ternyata Ini Alasan Xiaomi Sering Rilis HP Terbaiknya Hanya di China – Tekno

Pahami.id – Keputusan Xiaomi yang merilis sebagian produk HP-nya hanya di pasar China kerap menimbulkan rasa penasaran di kalangan pecinta teknologi di berbagai negara. Langkah ini bukannya tanpa perhitungan dan alasan. Sebaliknya, strategi ini merupakan hasil pertimbangan cermat terhadap inovasi, regulasi, efisiensi biaya, dan segmentasi pasar yang sangat spesifik.


Xiaomi menggunakan pasar dalam negerinya sebagai laboratorium raksasa untuk menguji teknologi, desain, dan pengalaman pengguna sebelum meluncurkan versi global yang lebih baik. Produk seperti Redmi K90 Pro atau Xiaomi 17 biasanya pertama kali diperkenalkan di Tiongkok, berfungsi sebagai ajang uji coba fitur eksperimental dan terobosan desain terbaru perusahaan.


Sebagai negara asal Xiaomi, Tiongkok berperan penting dalam perjalanan perusahaan. Pasar domestik yang besar, dengan basis pengguna yang sangat aktif dan setia, memberi Xiaomi kesempatan langka untuk mengumpulkan data nyata dan mengarahkan umpan balik dalam waktu singkat. Melalui pola peluncuran seperti ini, Xiaomi dapat dengan cepat menilai respons pengguna terhadap fitur-fitur baru dan segera memperbaikinya.




Inovasi-inovasi penting seperti Hyperos versi awal, Teknologi Kamera yang bekerja sama dengan Leica, dan fitur-fitur berbasis kecerdasan buatan (AI) sering kali diuji terlebih dahulu pada perangkat yang hanya tersedia untuk pasar Tiongkok.


Pendekatan ini memungkinkan Xiaomi melakukan banyak perbaikan sebelum teknologinya diadaptasi untuk model internasional. Dengan cara ini, Xiaomi mendapatkan keuntungan besar di mana mereka dapat mengevaluasi ide-ide baru di lingkungan nyata dengan jutaan pengguna aktif sebelum berinvestasi dalam produksi global berskala besar.


Dilansir dari Xiaomi Time, Rabu (29/10/2025), menjual ponsel secara global tidak semudah menerjemahkan sistem operasi atau mengubah bahasa antarmuka. Setiap negara memiliki standar sertifikasi yang berbeda-beda, seperti CE di Eropa, FCC di Amerika, atau BIS di India. Selain itu, perangkat yang dijual di pasar internasional juga harus memenuhi syarat untuk menggunakan Layanan Seluler Google (GMS), yang tidak digunakan sama sekali di Tiongkok.


Selain kendala perizinan, terdapat juga perbedaan teknis dalam hal pita frekuensi jaringan 4G dan 5G yang digunakan di berbagai wilayah. Oleh karena itu, setiap ponsel harus disesuaikan secara hardware agar dapat berfungsi maksimal di setiap pasar.


Proses penyesuaian dan sertifikasi semacam ini memerlukan banyak waktu, uang, dan sumber daya. Oleh karena itu, Xiaomi memilih untuk mempertahankan beberapa model khusus seperti seri Redmi K Ultra agar tetap eksklusif di China, tempat di mana ponsel tersebut bisa digunakan secara maksimal tanpa perlu modifikasi tambahan.


Redmi K80 Pro. [Redmi]

Harga juga menjadi faktor penting dalam strategi eksklusivitas Xiaomi. Di China, Xiaomi menerapkan kebijakan harga yang sangat kompetitif, terutama untuk lini Redmi dan Poco. Namun, mempertahankan struktur harga ini di pasar global sangatlah sulit karena biaya distribusi lokal, pajak impor, dan perbedaan nilai tukar.


Jika model khusus Tiongkok dirilis ke pasar global tanpa penyesuaian, harganya mungkin akan lebih tinggi, sehingga kehilangan daya saing terhadap merek lain yang sudah kuat di masing-masing wilayah.


Untuk mengatasinya, Xiaomi biasanya meluncurkan versi berbeda untuk pasar luar negeri dengan nama dan penyesuaian harga yang sesuai, seperti seri POCO F atau Xiaomi T. Strategi ini memungkinkan perusahaan mempertahankan margin keuntungan sekaligus menyesuaikan produk dengan kebutuhan dan daya beli masyarakat di setiap daerah.


Pendekatan multi-merek menjadi salah satu kekuatan utama Xiaomi. Dengan memiliki beberapa sub-merek seperti Redmi, Poco, dan Xiaomi, perusahaan dapat menjangkau berbagai kelompok konsumen dengan lebih efektif.


Misalnya, pengguna di China yang cenderung menyukai spesifikasi tinggi dan harga agresif akan memilih lini seri Redmi K, sedangkan di pasar global, produk dengan spesifikasi yang sama kerap muncul dengan nama POCO. Misalnya, Redmi K90 Pro mungkin muncul secara internasional sebagai Poco F8 Ultra, dan Redmi Turbo 5 yang dipasarkan di luar negeri sebagai Poco X8 Pro.


Dengan cara ini, Xiaomi dapat menggunakan kembali teknologi dan komponen yang telah terbukti andal di Tiongkok, sekaligus menyesuaikannya dengan preferensi pasar lokal melalui branding yang berbeda.


Perangkat Xiaomi di Tiongkok menjalankan Hyperos versi domestik, yang dirancang untuk integrasi mendalam dengan ekosistem digital lokal seperti Weibo, Baidu, dan Mi Store. Sistem ini tidak menyertakan layanan Google, tetapi biasanya mendapatkan pembaruan lebih cepat dan menyertakan fitur eksperimental yang belum tersedia di versi internasional.


Di sisi lain, Hyperos versi global didesain lebih stabil dan mematuhi regulasi internasional. Versi ini dilengkapi dengan Layanan Google Play, dan disesuaikan dengan peraturan privasi, keamanan data, dan standar periklanan di berbagai negara. Meski lebih aman dan stabil, pengguna global biasanya menerima pembaruan sistem dengan jeda waktu yang lebih lama dibandingkan pengguna di Tiongkok.


Terakhir, ponsel eksklusif Xiaomi yang hanya dipasarkan di China bukanlah bentuk diskriminasi terhadap pasar global, melainkan bagian dari strategi bisnis dan inovasi yang matang. Pasar domestik berfungsi sebagai tempat eksperimen utama bagi Xiaomi untuk menguji ide, teknologi, dan konsep desain baru dengan risiko minimal. Setelah berhasil dan terbukti, inovasi tersebut kemudian diperluas ke pasar internasional dalam bentuk produk yang lebih matang dan stabil.


Dengan kata lain, Tiongkok adalah laboratorium inovasi bagi Xiaomi, sedangkan konsumen di seluruh dunia adalah penerima manfaat dari hasil pengujian tersebut. Strategi ini memungkinkan Xiaomi untuk terus bersaing di pasar global, mempertahankan reputasinya sebagai pionir teknologi, sekaligus memaksimalkan efisiensi biaya dan sumber daya dalam jangka panjang.