Maluku terdiri dari gugusan pulau di Indonesia yang terletak di Lempeng Australia. Kepulauan Maluku berbatasan dengan Pulau Sulawesi di sebelah barat, Papua Nugini di sebelah timur, Timor Leste di sebelah selatan, dan pulau-pulau di sebelah timur laut. Nama Maluku berasal dari nama yang diberikan para pedagang ke pulau tersebut, yaitu Jazirat al-Muluk atau pulau raja-raja.
Orang Eropa pada zaman dahulu menamakannya Kepulauan Rempah. Karena kekayaan alamnya ini, Maluku banyak dikunjungi oleh bangsa asing yang tergiur untuk menguasai dan mengeksploitasi kekayaan alamnya. Perlawanan terhadap upaya kolonial bangsa asing ini melahirkan pahlawan dan pahlawan bangsa dari Maluku. Berikut adalah biografi singkat pahlawan kemerdekaan dari Maluku.
1. Johannes Leimena
Lahir di Ambon, Maluku pada tanggal 6 Maret 1905 dan meninggal di Jakarta pada tanggal 29 Maret 1977 pada umur 72 tahun dan diangkat sebagai pahlawan nasional dari Maluku melalui SK no 52/TK/2010 tanggal 11 November 2010. Pernah menjabat. sebagai Wakil Perdana Menteri, Menteri Sosial, Menteri Distribusi, Menteri Pendidikan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan, Ketua Umum Partai Kristen Indonesia (Parkinda), Menteri Kesehatan dan pendiri GMKI. Ia lahir dari keluarga guru dari desa Ema di Ambon, kuliah S3 di STOVIA Jakarta dan lulus tahun 1930. Sejak kuliah, ia aktif di politik dan bergabung dengan organisasi politik bernama Sarekat Ambon, menjadi Ketua Yong Ambon. sejak tahun 1925 dan ikut serta dalam penyusunan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Juga belajar tentang pahlawan nasional dari Banten dan pahlawan nasional dari Sulawesi.
2. Brigjen Polisi Anumerta Karel Sasuit Tubun
Pahlawan nasional Maluku ini lahir di Tual, Maluku Tenggara pada 14 Oktober 1928 dan meninggal di Jakarta pada 1 Oktober 1965. Setelah selesai menjadi anggota Polri, ia ditempatkan di Satuan Brimob Ambon dengan pangkat Kelas Dua. Agen Polisi atau Polisi Bhayangkara Kedua. Ia ikut dalam operasi Trikora untuk menuntut kembalinya Irian Barat ke Indonesia dari pihak Belanda. Setelah berhasil merebut kembali Irian Barat, ia kemudian ditugaskan untuk menjaga kediaman dr. J. Leimena sebagai Wakil Perdana Menteri saat itu. KS Tubun gugur dalam peristiwa G 30S PKI dan diberi gelar Pahlawan Revolusi. Namanya diabadikan sebagai nama Kapal Perang Indonesia kelas fregat Ahmad Yani yaitu KRI Karel Sasuit Tubun.
3. Kapten Pattimura
Pahlawan paling terkenal asal Maluku ini lahir di Haria, Pulau Saparua, Maluku pada 8 Juni 1783 dan meninggal di Ambon pada 16 Desember 1817. Kapitan Pattimura atau Thomas Matulessy mengkoordinir berbagai pertempuran besar melawan tentara Belanda di darat dan laut. Ia dibantu oleh Melchior Kesaulya, Anthoni Rebhok, Philip Latumahina dan Ulupaha. Pertempuran yang terekam adalah pertempuran Benteng Duurstede, pertempuran di pantai Waisisil dan Hatawano, Ouw Olath, Jasirah Hitu dan Seram Selatan hingga dia dan pejuang lainnya ditangkap dan dieksekusi oleh Belanda. Kapitan Pattimura menjadi Pahlawan Nasional dari Maluku pada 6 November 1973.
4. Martha Christina Tiahahu
Dia adalah seorang pendekar wanita dari Maluku yang meninggal di usia muda yaitu 17 tahun. Lahir di Nusa Laut pada tanggal 4 Januari 1800 dan meninggal di Laut Banda pada tanggal 2 Januari 1818. Martha adalah seorang gadis dari Desa Abubu di Pulau Nusa Laut, putri Kapitan Paulus Tiahahu dari negara Abubu, asisten Thomas Matulessy dalam perang Pattimura di 1817. Dia menemani ayahnya dalam setiap pertempuran dan mendorong wanita di seluruh negeri untuk bergabung dalam pertempuran. Saat ayahnya ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh regu tembak, Martha Tiaahi berusaha membebaskan ayahnya namun gagal dan memilih gerakan gerilya. Dia akhirnya ditangkap dan menemui ajalnya di Battleship Eversten. Jenazahnya diluncurkan ke Laut Banda dengan penghormatan militer, mendapatkan gelar pahlawan nasional dari Maluku pada 20/5/1969.
5. Nuku Muhammad Amiruddin Kaicil Paparangan
Lahir di Soasiu, Tidore pada tahun 1738 dan meninggal di Tidore pada tanggal 14 November 1805, beliau adalah Sultan Kesultanan Tidore yang dilantik pada tanggal 13 April 1779. Bergelar Sri Paduka Maha Tuan Sultan Saidul Jehad el Ma’bus Amiruddin Syah Kaicil Paparangan. Ayahnya adalah Sultan Jamaluddin. Pada masa pemerintahannya yang meliputi Pulau Tidore, Halmahera Tengah, Pesisir Barat dan Irian Barat Utara, Sultan Nuku berperang dari satu daerah ke daerah lain melawan dan berdiplomasi dengan Belanda dan Inggris. Tujuannya hanya satu, yaitu membebaskan rakyat dari penjajahan. Ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada 7 Agustus 1995 oleh pemerintah Indonesia.
6. Willem Johannes Latumeten
Lahir pada tanggal 16 April 1916 di Saparua sebagai keturunan keluarga besar Latumetena dari Desa Rutong di Pulau Ambon. Ayahnya adalah Prof. dr. YA Latumeten, seorang pendekar dan ahli penyakit jiwa. WJ Latumeten bersekolah di SMA Geneeskundige Hogeschool atau Medical College di Jakarta. Pengabdiannya kepada negara dimulai pada masa revolusi fisik hingga kemerdekaan. Pernah mengabdi di Kementerian Penerangan, Dinas Olahraga dan pernah menjadi Pelatih Olahraga.
Ia pernah mendirikan Sekolah Tinggi Olahraga di Jakarta, membentuk PERBASI, membina atlet-atlet yang akan mengikuti ASEAN GAMES IV tahun 1962 dan GANEFO tahun 1963, juga menjabat sebagai Sekjen Komite Olimpiade Indonesia Pusat tahun 1955 – 1964. Ia juga sering berakting selaku juru bicara delegasi Indonesia sedang bernegosiasi dengan Belanda. Ketika meninggal pada tanggal 23 Maret 1965, beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata di Jakarta dan diberikan Tanda Dinas oleh pemerintah.
7.Sultan Babullah
Diangkat sebagai Sultan Ternate pada tahun 1950 menggantikan ayahnya Sultan Hairun yang dibunuh Portugis. Terjadi perang antara Ternate dan Portugis pada tahun 1570 – 1575 karena sejak kematian ayahnya, Sultan Babullah bersumpah tidak akan menghentikan perang sampai semua orang Portugis diusir dari wilayahnya. Pengepungan Sao Paulo, benteng Portugis adalah aksi pertamanya dan berlangsung selama lima tahun hingga Portugis menyerah. Setelah kematiannya pada Juli 1583, ia digantikan oleh Sultan Said yang memerintah dari tahun 1583 hingga 1606. Ketahui juga nama pahlawan nasional dari Madura, nama pahlawan nasional dari Kalimantan, pahlawan nasional dari Yogyakarta dan pahlawan nasional dari Bali.
8. Bpk. Johannes Latuharhary
Lahir dari keluarga guru pada tanggal 6 Juli 1900 di Kampung Ullath, Pulau Saparua, beliau merupakan keturunan dari keluarga besar Latuharhary dari Desa Haruku, Pulau Haruku. Ia merupakan anak Maluku pertama yang berhasil meraih gelar master di Universitas Leiden, Belanda. Sekembalinya ke Indonesia, ia menjadi seorang pengacara yang berjuang membantu rakyat jelata dalam menegakkan hukum dan keadilan melawan kesewenang-wenangan pemerintah Belanda. Ia juga aktif di Sarekat Ambon dan pergerakan nasional, kemudian memimpin Sarekat Ambon. Setelah kemerdekaan, Tn. J. Latuharhary diangkat sebagai Gubernur Maluku pertama yang berkedudukan di Yogyakarta. Ia kembali ke Ambon setelah pemberontakan RMS ditumpas pada tahun 1950. Ia meninggal pada tanggal 8 November 1959 di Jakarta dan dianugerahi Bintang Jasa Mahaputra Pratama.
9. Kapitan Kakiali
Ia adalah putra Tepil yang berjuluk Kapitan Hitu dan merupakan keturunan dari Perdana Jamilu (Nusapati), dan salah satu pemimpin Hitu di Pulau Hitu, Ambon. Kakiali adalah seorang pejuang dalam perang Hitu I tahun 1634 – 1643 melawan VOC. Pada tahun 1935, Kakiali ditangkap Belanda saat berunding dan diasingkan ke Batavia, dan kembali ke Hitu pada tahun 1637 untuk menenangkan masyarakat Hitu yang semakin gelisah. Pada saat yang sama, datang pula Gubernur Jenderal van Diemen yang saling berpolitik dengan meminta bantuan Sultan Hamzah Ternate untuk melawan Hitu.
Ketika Kakiali hendak meminta bantuan Makassar, ia dikhianati oleh teman-temannya sendiri. Dia dibunuh oleh Francisco de Toire, seorang Spanyol yang disuap oleh Belanda. Kakiali ditusuk dengan belati saat dia sedang tidur dan mati seketika. Perjuangannya dilanjutkan oleh Kapten Tulukabessy dan Imam Rijali pada Perang Hitu Kedua, 1643 – 1646.