Jakarta, Pahami.id –
Sejumlah wilayah di Ukraina masih mengalami pemadaman listrik akibat pengeboman Rusia Dalam beberapa hari terakhir. Jika situasi ini terus berlanjut, maka bisa memicu bencana teknologi.
Rusia menyerang fasilitas energi Ukraina di berbagai wilayah dari Jumat hingga Sabtu malam. Menteri Energi Svitlana Grynchuk juga menyatakan bahwa ini adalah masa yang sulit bagi negara.
“Salah satu perang tersulit dari semua perang skala penuh,” kata Grynchuk seperti dikutip Minggu (9/11). AFP.
Lebih lanjut, Grynchuk mengatakan Rusia melancarkan serangan besar-besaran dengan rudal balistik yang sulit ditembak jatuh.
“Sulit untuk menghentikan banyak serangan langsung terhadap fasilitas energi sejak awal invasi,” katanya.
Menurut laporan Angkatan Udara Ukraina, negara pimpinan Vladimir Putin meluncurkan 458 pesawat dan 45 rudal. Dari jumlah itu, 406 pesawat dan sembilan rudal berhasil ditembak jatuh.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sybiha mengatakan drone Rusia menargetkan dua gardu induk pembangkit listrik tenaga nuklir di wilayah barat. Gardu induk ini memasok listrik ke pembangkit listrik tenaga nuklir Khmelnytskyi dan Rivne.
“Rusia sengaja membahayakan keamanan nuklir di Eropa. Kami menyerukan pertemuan mendesak Dewan Gubernur IAEA (Badan Energi Atom Internasional) untuk menanggapi risiko yang tidak dapat diterima ini,” kata Sybhia.
Perusahaan listrik negara Centerenergo menyatakan akibat serangan itu kapasitas pembangkit listrik turun hingga nol.
“Jumlah rudal dan drone yang belum pernah terjadi sebelumnya menargetkan pembangkit listrik tenaga panas yang sama yang telah kami pulihkan setelah serangan dahsyat pada tahun 2024,” kata Centerenergo dalam sebuah pernyataan.
Operator sistem transmisi listrik negara Ukrenergo juga mengumumkan bahwa listrik akan padam di sebagian besar wilayah selama 8 hingga 16 jam sehari.
Beberapa ahli menilai serangan terhadap infrastruktur energi akan menyebabkan Ukraina mengalami pemanasan menjelang musim dingin.
Rusia menargetkan jaringan listrik dan pemanas selama invasi yang berlangsung hampir lima tahun.
Pakar energi terkemuka Ukraina, Oleksandr Kharchenko, mengatakan bahwa jika dua pembangkit listrik dan pemanas di Kyiv ditutup selama lebih dari tiga hari ketika suhu turun di bawah minus 10°C, ibu kota akan menghadapi “bencana teknologi”.
Kharchenko mengatakan kota-kota di Ukraina, yang sebagian besar bergantung pada pemanas sentral, harus menyiapkan rencana darurat untuk mencegah bangunan membeku jika pasokan pemanas hancur.
(ISA/MIC)

