Jakarta, Pahami.id —
Taliban merayakan ulang tahun ketiga dominasinya Afganistan setelah menggulingkan pemerintahan yang sah pada tahun 2021.
Mereka merayakannya dengan parade militer, memberi penghormatan menggunakan bom rakitan, jet tempur, dan aparat keamanan hari ini, Kamis (15/8), seperti dikutip Al Jazeera.
Selama pawai, Angkatan Bersenjata Taliban terlihat menarik tank dan artileri era Soviet melalui Bagram. Daerah ini merupakan pangkalan udara Amerika Serikat.
Pangkalan udara Bagram telah menjadi pusat operasi pimpinan AS melawan Taliban selama dua dekade.
Perdana Menteri Taliban, Mohammad Hassan Akhund, memuji kemenangan kelompok itu dalam memukul mundur tentara AS.
“Tanggung jawab untuk menegakkan pemerintahan Islam, melindungi properti, kehidupan masyarakat, dan menghormati negara kita,” kata Akhund dalam sebuah pernyataan yang dibacakan oleh staf di rapat umum tersebut.
Taliban merebut Istana Kepresidenan di Kabul pada 15 Agustus 2021. Pemerintahan yang didukung AS jatuh dan Presiden Hamid Karzai meninggalkan negara itu.
Namun, peringatan kebangkitan Taliban adalah kenangan pahit dan bahkan beracun bagi perempuan Afghanistan.
“Tiga tahun telah berlalu sejak impian perempuan terkubur,” kata seorang mantan pelajar di Kabul, Madinah.
“Sungguh pahit rasanya bahwa setiap tahun, perayaan hari ini mengingatkan kita akan upaya, kenangan, dan tujuan yang kita miliki untuk masa depan.”
Segera setelah mengambil alih Afghanistan, Taliban berjanji untuk menjaga keamanan yang lebih baik, melindungi hak asasi manusia dan melonggarkan peraturan mengenai perempuan.
Namun, semua itu hanyalah retorika. Taliban melarang perempuan bersekolah, melarang perempuan naik pesawat sendirian, dan melarang pegawai negeri sipil (PNS) mencukur jenggot.
“Saya tidak tahu keamanan seperti apa yang dibicarakan Taliban. Orang-orang kelaparan, generasi muda tidak punya pekerjaan,” kata Zalmai, seorang pekerja lepas di Afghanistan.
Lebih lanjut, Zalmai mengatakan Taiban hanya membawa ketidakpastian bagi Afghanistan dan masa depan anak-anak di negara ini.
Di bawah kepemimpinan Taliban, Afghanistan juga mengalami kesulitan ekonomi.
Sejauh ini, belum ada komunitas internasional yang mengakui Taliban sebagai pemerintahan yang sah. Hal ini membuat mereka sulit membangun hubungan yang dapat meningkatkan kerja sama ekonomi. Beberapa negara juga telah melancarkan sanksi terhadap anggota Taliban.
(blq/dna)