Jakarta, Pahami.id –
Ketua Partai Nasdem Surya Paloh Minta faksi Nasdem Di Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia (DPR) untuk memanggil Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) setelah Bupati Kolaka Timur Abdul Azis Operasi Penangkapan Net (OTT).
Surya Paloh memerintahkan ini untuk didengar untuk menjelaskan tujuan KPT.
“Saya memerintahkan klan Nasdem untuk meminta Komisi III untuk memanggil KPK untuk mendengar pendapat tersebut, sehingga nama terminologi OTT, khususnya istilah OTT, dapat dijelaskan oleh kami bersama -sama. Apa artinya?
Surya Paloh menekankan bahwa partainya mendukung upaya penegakan hukum oleh KPK. Namun, ia menyesali keberadaan drama OTT.
“Konsistensi sikap partai, menghormati semua upaya untuk ditegakkan, itu tidak akan berubah, tidak akan menyimpang di sana karena satu atau lain alasan,” kata Surya Paloh.
“Tetapi sebaliknya, kami juga dapat mengingatkan Anda apa yang perlu kami ingatkan? Upaya penegakan hukum tidak memprioritaskan drama. Bagaimana datangPasti ada drama terlebih dahulu, kemudian penegakan hukum. Setelah penegakan hukum, ia akan mengharapkan pengampunan. Itu juga tidak bagus. Tidak, “katanya.
Surya Paloh mengatakan Nasdem mendukung proses penegakan hukum yang berjalan di KPK saja. Dia mengingatkan prinsip kepolosan yang harus diterapkan dalam setiap proses penegakan hukum.
“Menegakkan hukum saja, dan Nasdem ada di sana. Apa yang salah itu salah. Prosesnya bijaksana. Tapi keduanya Tidak bersalahKepolosan tidak lagi dijual di negara itu, “katanya.
Sebelumnya, Abdul Azis ditangkap oleh KPK setelah mengikuti agenda Partai Nasdem Rakernas di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (7/8) malam.
Setelah ditangkap, politisi partai Nasdem dibawa ke Polisi Distrik Sulawesi Selatan untuk dipertanyakan. Selanjutnya, dia diterbangkan ke Jakarta dari Makassar.
Penangkapan adalah seri OTT yang dilakukan oleh KPK di tiga lokasi.
Ilustrasi. Budati East Kolaka Abdul Azis ditangkap oleh KPK setelah mengikuti agenda Nasdem Rakernas di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (7/8) malam. (Arsip Khusus) |
Selain Sulawesi Selatan, tim KPK pindah ke Jakarta dan Sulawesi Selatan dengan menangkap tujuh orang yang terdiri dari partai swasta dan pegawai negeri (PNS). Mereka tiba di kantor KPK pada Kamis malam.
Dari operasi yang tenang, KPK menyita bukti dalam bentuk ratusan juta rupee.
“Ada [uang yang diamankan]Hanya RP200 juta, “kata Wakil Ketua KPK Fitroh Rohcahyanto ketika dikonfirmasi dalam pesan tertulis pada hari Jumat (8/8).
OTT terkait dengan korupsi yang dikatakan meningkatkan kualitas rumah sakit dengan sumber daya anggaran dari Dana Provisi Khusus (DAK).
KPK membuka suara
KPK menanggapi komentar Surya Paloh di lembaga tersebut.
Penjabat Wakil untuk Penegakan dan Implementasi ASEP Guntur Rahayu mengatakan KPK melakukan OTT sesuai dengan undang -undang dan SOP yang relevan. Ini juga telah memulai investigasi terkait dengan Kolaka awal tahun ini.
“Sekarang Sekitar Juli, dari pertengahan hingga pertengahan hingga 7 dan 8, ada peningkatan komunikasi di mana ada proses penarikan uang, “kata ASEP kepada wartawan.
ASEP mengatakan KPK menerima informasi tentang percakapan untuk memberikan uang kepada beberapa pihak. Lembaga antaragama diikuti oleh ini dengan mendistribusikan tim di tiga wilayah.
“Setelah kami menangkap tangan kami di Jakarta, ini adalah prosesnya, saya jelaskan, Jakarta disentuh terlebih dahulu, kemudian di dalam mobil, disentuh terlebih dahulu,” katanya.
“Dari sana, informasi itu diperoleh bahwa pengiriman uang dan barang kemudian menjadi perintah yang diberikan kepada Brother Abz juga, meskipun dari informasi awal yang sudah kita ketahui,” katanya.
Informasi tambahan yang diperoleh dari tersangka di Jakarta dan perawatan adalah apa yang memperkuat KPK bahwa Abdul Azis juga diduga dijamin.
“Untuk alasan ini, tim di Makassar pindah untuk melakukan kegiatan penangkapan kepada Brother Abz. Sekali lagi, proses ini dilakukan sesuai dengan SOP kami,” katanya.
(BLQ/ASR)