Jakarta, Pahami.id —
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan situasi di Libanondi tengah serangan pasukan militer Israel akhir-akhir ini, rasanya seperti “keadaan kacau balau”.
Guterres menilai Lebanon kini berada di ambang kehancuran. Oleh karena itu, Dewan Keamanan PBB (DK PBB) perlu mengambil sikap untuk mengakhiri kekerasan yang sedang berlangsung.
“Neraka sedang berkembang di Lebanon. Seperti yang saya katakan di Majelis Umum kemarin, kita semua harus waspada terhadap eskalasi ini. Lebanon berada di ambang kehancuran,” kata Guterres dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB, Rabu (25/9).
Menurut Guterres, konflik bersenjata di Lebanon, khususnya di perbatasan, semakin meningkat cakupan, kedalaman, dan intensitasnya.
Serangan Israel pada Senin (23/9), katanya, merupakan hari paling berdarah bagi Lebanon dalam satu generasi, ketika Israel membombardir wilayah yang dikuasai kelompok milisi Hizbullah hingga menewaskan ratusan orang. Faktanya, Lebanon baru saja kehilangan puluhan nyawa akibat serangan perangkat elektronik pada pekan lalu.
Guterres juga mendesak semua pihak yang terlibat konflik untuk menghormati kedaulatan Lebanon. Dia juga menegaskan bahwa Lebanon “harus memiliki kendali penuh atas senjatanya” di seluruh negeri.
“Kami mendukung segala upaya untuk memperkuat Angkatan Bersenjata Lebanon,” kata Guterres, seperti dikutip di situs tersebut pejabat PBB.
“Saya mohon kepada Dewan untuk bersama-sama membantu memadamkan api ini,” ujarnya.
Hizbullah dan Israel telah lama terlibat konflik bersenjata sengit.
Konflik antara keduanya meningkat terutama setelah ribuan pager dan perangkat elektronik meledak di seluruh Lebanon pada tanggal 17 dan 18 September. Hizbullah menuduh Israel berada di balik ledakan tersebut. Israel sejauh ini masih bungkam.
Ledakan gadget itu sendiri menewaskan sedikitnya 39 orang dan melukai hampir 3.000 orang.
Hizbullah dan Israel pun saling serang dengan meluncurkan serangkaian roket dan drone.
Pada Senin (23/9), serangan brutal Israel di beberapa wilayah Lebanon menewaskan 620 orang. Jumlah tersebut terakumulasi hingga Rabu (25/9) saat serangan Negara Zionis memasuki hari ketiga di Lebanon.
Ini merupakan serangan paling mematikan di Lebanon sejak konflik keduanya meletus pada 2006. Bahkan puluhan ribu orang mengungsi dari Lebanon selatan, wilayah yang paling diincar Israel karena merupakan kubu Hizbullah.
Sejumlah tokoh senior Hizbullah dipastikan tewas akibat serangan Israel. Mereka antara lain Ibrahim Aqil dan Ibrahim Muhammad Qubaisi.
Marah karena komandannya terbunuh, Hizbullah menembakkan rudal balistik ke markas besar Mossad Israel di dekat Tel Aviv pada hari Rabu. Serangan itu menyebabkan sirene di ibu kota meraung keras, yang menurut militer Israel belum pernah terjadi sejak 7 Oktober 2023.
(blq/baca)