Jakarta, Pahami.id –
Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim mendesak Thailand Dan Kamboja berhenti berperang dan duduk bersama untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Dalam pernyataan yang diunggahnya, ia juga menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban tewas dan terluka.
“Saya menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban yang tewas dan terluka. Risiko terjadinya kembali pertempuran yang melemahkan upaya hati-hati yang telah dilakukan untuk menstabilkan hubungan kedua negara bertetangga,” tulis Anwar di X, Senin (8/12).
Anwar menyatakan, Thailand dan Kamboja merupakan dua negara yang dekat dengan Malaysia dan anggota utama ASEAN. Ia kemudian meminta kedua negara melakukan sanksi bersama dan mengutamakan dialog untuk memulihkan perdamaian.
“Kami mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri secara maksimal, menjaga jalur komunikasi tetap terbuka, dan memanfaatkan sepenuhnya mekanisme yang ada. Malaysia siap mendukung langkah-langkah yang dapat membantu memulihkan ketenangan dan mencegah insiden lebih lanjut,” tulis Anwar.
Dalam postingan yang sama, Anwar menegaskan kawasan Asia Tenggara tidak boleh membiarkan perselisihan berubah menjadi siklus konfrontasi. Dia menekankan bahwa prioritas utama saat ini adalah menghentikan pertempuran, melindungi warga sipil dan kembali ke jalur diplomatik.
Thailand dan Kamboja kembali berperang setelah seorang tentara Bangkok tewas dan empat tentara terluka dalam bentrokan perbatasan pada Senin (8/12) dini hari.
Thailand mengklaim Kamboja yang menembak lebih dulu. Namun, Kamboja membantahnya dan menuduh Thailand yang menyerang lebih dulu.
Kedua belah pihak sendiri telah berdebat selama beberapa hari.
Menyusul kematian tentara tersebut, Thailand pada hari Senin mengerahkan jet tempur F-16 untuk menyerang infrastruktur militer Kamboja di perbatasan. Sementara itu, Kamboja dilaporkan meluncurkan roket ke kawasan pemukiman Thailand di Ban Sai Tho 10, Distrik Ban Kruat, Buri Ram.
Sejauh ini, Kamboja melaporkan tiga warga sipil terluka parah dalam serangan tersebut.
Thailand dan Kamboja saat ini sedang melakukan gencatan senjata. Namun kedua negara saling tuding melanggar perjanjian yang dibuat Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Perang Thailand-Kamboja pertama meletus Juli lalu selama lima hari. Bangkok-Phnom Penh kemudian menandatangani perjanjian perdamaian di Kuala Lumpur pada bulan Oktober setelah didesak oleh Trump dan Anwar Ibrahim selaku ketua ASEAN tahun ini.
Sedikitnya 48 orang tewas dan sekitar 300.000 orang mengungsi akibat perang Thailand-Kamboja pada Juli lalu.
(RNP/BAC)

