Berita Peran Penting Negara ‘Middle Power’ MIKTA di Tengah Dinamika Global

by
Berita Peran Penting Negara ‘Middle Power’ MIKTA di Tengah Dinamika Global


Jakarta, Pahami.id

negara yang merupakan bagian dari MIKTA dan mengklasifikasikan dirinya sebagai negara kekuatan menengah (kekuatan menengah) akan mengambil peran yang lebih penting di tengah ketidakpastian geopolitik global.

Langkah ini diperkuat setelah negara-negara besar seperti Amerika Serikat cenderung meninggalkan organisasi kerja sama dunia, seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan menarik diri dari Perjanjian Paris.


MIKTA, yang didirikan di sela-sela Sidang Umum PBB ke-68 di New York pada tahun 2013, merupakan singkatan dari negara-negara anggota termasuk Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia.

Kelima negara anggota berupaya memperkuat perannya dalam memperkuat prinsip multilateralisme di berbagai sektor strategis, mulai dari isu ekonomi, sosial, dan politik.

“MIKTA dapat memperkuat suara kolektif dan berperan sebagai kekuatan penyeimbang dalam urusan global. Peran (negara) kekuatan menengah kini menjadi lebih penting dibandingkan sebelumnya,” ujar Kuasa Usaha Kedutaan Besar Korea Selatan untuk Indonesia Park Soo-deok dalam diskusi Komunitas Kebijakan Luar Negeri Indonesia (FPCI) bertajuk MIKTA di Persimpangan Jalan: Middle Power World Diplomacy/6, Kamis lalu.

Saat ini, kepemimpinan MIKTA dipegang oleh Korea Selatan. Di bawah kepemimpinannya, Korea Selatan menetapkan tiga agenda utama, antara lain membangun perdamaian dunia, mendorong keterlibatan pemuda, dan mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s).

Sebagai negara middle power, Park menyatakan negara-negara anggota MIKTA mampu mengambil peran membangun sistem global yang inklusif dengan menjembatani kepentingan negara maju dan berkembang.

“Hal ini tidak hanya mencerminkan arah kebijakan Korea, tetapi juga mencerminkan aspirasi dan posisi kolektif kita sebagai negara kekuatan menengah,” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan Kuasa Usaha Kedutaan Besar Meksiko untuk Indonesia, Alonso Martin yang mengatakan MIKTA merupakan jembatan antara negara maju dan berkembang. Selain itu, Alonso juga menyatakan MIKTA merupakan pelengkap forum global lainnya seperti BRICS.

Setahun sebelum Korea Selatan, giliran Meksiko yang memimpin MIKTA. Di bawah kepemimpinannya, Meksiko mengedepankan nilai-nilai demokrasi, hukum internasional, dan pembangunan inklusif.

“MIKTA harus terus menjunjung tinggi multilateralisme, solusi kreatif terhadap tantangan global, perubahan iklim, keuangan, perekonomian, dan menjadi jembatan yang menghubungkan negara berkembang dan maju,” kata Alonso.

Sementara itu, Indonesia sendiri memandang MIKTA sebagai forum strategis dalam memperkuat diplomasi multilateral di tengah ancaman yang semakin melemahkan prinsip kerja sama global.

Direktur Pembangunan, Perekonomian, dan Lingkungan Hidup Kementerian Luar Negeri RI, Tri Purnajaya mengatakan, MIKTA tidak hanya membahas dimensi politik saja, namun juga mencakup isu-isu strategis lainnya, seperti ekonomi dan sosial.

Meski begitu, sejak didirikan pada tahun 2013, realisasi kerja sama MIKTA dinilai masih cukup terbatas. Hingga saat ini MIKTA belum memiliki forum bisnis.

“Saya berharap MIKTA memiliki keinginan untuk menjadi lebih besar termasuk dalam kerja sama ekonomi, perdagangan dan investasi,” kata Tri.

(mnf/fra)