Jakarta, Pahami.id —
Ketua DPP PDIP Deddy Yevry Sitorus mengkritik kebijakan pemerintah yang membuka kembali pipa tersebut ekspor pasir laut lagi setelah ditutup selama sekitar 20 tahun.
Deddy menilai kebijakan tersebut berbeda dengan sikap Pemerintah Indonesia yang kerap berbicara tentang menjaga lingkungan untuk mengatasi perubahan iklim.
Ia mengatakan ekspor pasir laut diketahui merusak lingkungan sehingga praktik tersebut dihentikan oleh Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri pada awal tahun 2000-an.
“Kenapa dihentikan dulu, karena dulu sangat merusak. Bukan hanya di laut. Karena merusak biota atau katakanlah ekologi di laut,” kata Deddy saat dihubungi, Rabu (18/9). ).
Tapi kemudian dia juga merusak pulau-pulau itu. Jadi banyak pulau-pulau pesisir kita yang dulu rusak akibat penambangan pasir besar-besaran, lanjutnya.
Lebih lanjut, Deddy menilai pemerintah perlu melakukan kajian mendalam sebelum membuka kembali jalur ekspor pasir laut.
Ia mengatakan, kajian tersebut juga harus melibatkan BRIN dan lembaga penelitian lain yang terpercaya untuk menentukan sedimen laut apa yang layak untuk diekspor.
“Jadi itu hanya tipuan saja menurut saya. Menurut saya ini hanya untuk kepentingan segelintir orang saja,” ujarnya.
Di sisi lain, sebelumnya Presiden Jokowi membantah izin ekspor pasir laut. Dia beralasan izin ekspor diberikan atas hasil sedimentasi di laut.
Yang dibuka itu endapan, endapan yang mengganggu jalur kapal. Sekali lagi bukan, kalau diterjemahkan pasir lain lagi,” kata Jokowi di Menara Danareksa. Jakarta, Selasa (17/9).
“Sedimen itu beda, kalaupun kelihatannya pasir, itu sedimen. Coba baca, sedimen,” ujarnya.
(ibu/anak)