Jakarta, Pahami.id —
Jelang kedatangannya di Indonesia pada 3-6 September, Paus Francis mengingatkan akan bahaya krisis demokrasi yang sedang melanda dunia.
Situasi ini menyebabkan kepentingan masyarakat terpinggirkan dan korupsi sangat mencederai demokrasi.
Pemimpin tertinggi umat Katolik itu mengatakan, partisipasi masyarakat dalam demokrasi harus dilakukan secara kritis.
Demokrasi bukan sekedar memilih, namun bagian dari proses setiap orang mengekspresikan diri dan berpartisipasi penuh.
Krisis demokrasi justru terjadi dalam berbagai peristiwa di berbagai negara. Kekuasaan hanya mengacu pada diri sendiri, tidak mampu melayani rakyat. Korupsi sudah menjadi kanker demokrasi, dan kepentingan masyarakat dikesampingkan, kata Paus Fransiskus, dikutip di dalam Berita Vatikan.
Paus Fransiskus menegaskan, demokrasi harus mampu menolak upaya-upaya yang memecah belah, tanpa mengecualikan siapa pun di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Kontribusi setiap orang harus dihargai dalam setiap perbedaan dan keunikan demi perubahan yang lebih baik di masa depan.
Mari kita belajar berjalan bersama dan menjadi pengemban solusi inklusif bagi semua pihak, ajaknya.
Sebelumnya, Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan mengeluarkan Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) 2023.
Angka capaian IDI tahun 2023 adalah 79,51 atau sesuai target RKP tahun 2023 yaitu 79,25. Namun jika dibandingkan tahun sebelumnya, angka IDI turun 0,90 poin, dari 80,41.
Penurunan ini terjadi karena beberapa faktor, antara lain IDI Pusat mengenai hambatan kebebasan berpendapat, kebebasan berkeyakinan, dan kebebasan pers.
Di IDI Wilayah, hambatannya antara lain berkurangnya kebebasan berkeyakinan, pemenuhan hak pekerja, kebebasan pers, kualitas pelayanan publik, partisipasi masyarakat, dan pendidikan politik.
Sementara itu, Indeks Persepsi Korupsi (CPI) yang dikeluarkan Transparency International (TI) menunjukkan upaya pemberantasan korupsi di Indonesia masih terus berjalan. Dari 180 negara yang disurvei, tahun lalu Indonesia mendapat peringkat 34, sementara peringkatnya turun dari 110 menjadi 115.
Direktur Wahid Institute Yenny Wahid mengatakan dunia kini membutuhkan Paus Fransiskus. Banyak korban tak berdosa yang kehilangan nyawa akibat konflik di berbagai belahan dunia. Tantangan ini datang kepada semua manusia, apapun latar belakangnya.
“Kita membutuhkan pemimpin seperti Paus Fransiskus yang bisa keluar dari jati dirinya dan mau berjuang demi kemanusiaan,” tegasnya.
(membaca)