Jakarta, Pahami.id —
Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu tantangan Iran dan milisi Hizbullah Lebanon menyerang Tel Aviv.
Dalam rapat kabinet pada Minggu (18/8), Netanyahu menyiratkan bahwa setiap serangan yang dilancarkan terhadap Israel akan ditanggapi dengan serangan yang lebih brutal.
Dia menekankan bahwa Tel Aviv tidak takut terhadap ancaman apa pun. Sebab Israel akan mempertahankan diri dan membalasnya sekuat tenaga.
“Kami bertekad untuk membela diri dan kami juga bertekad untuk menuntut harga mahal dari musuh mana pun yang berani menyerang kami,” kata Netanyahu seperti dikutip. Iran Internasional.
Ini adalah tantangan terbuka Netanyahu terhadap Iran dan Hizbullah setelah keduanya bersumpah akan membalas dendam kepada Israel atas pembunuhan pemimpin biro politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran dan komandan tertinggi Hizbullah Fuad Shukr di Beirut.
Iran dan Hizbullah menuduh Israel berada di balik kematian Haniyeh dan Shukr. Israel mengaku membunuh Shukr, namun tetap bungkam atas tuduhan pembunuhan Haniyeh.
Hingga saat ini belum diketahui kapan Iran akan menyerang Israel. Namun Teheran sudah menunjukkan tanda-tanda persiapan dengan melakukan serangkaian latihan militer dalam beberapa waktu terakhir.
Sementara itu, Hizbullah mulai melancarkan serangan besar-besaran dan kecil-kecilan di perbatasan Lebanon-Israel.
Pada Minggu (18/8), surat kabar Israel, Israel Hayom, bahkan memberitakan bahwa drone pengintai Hizbullah berhasil menyusup ke kediaman Netanyahu di Kaisarea, Israel utara.
Drone itu terdeteksi oleh sistem radar kapal rudal Angkatan Laut Israel. Namun, kantor Netanyahu menolak laporan tersebut dan mengatakan bahwa deteksi tersebut adalah sebuah kesalahan.
Netanyahu sendiri disebut tidak berada di kediamannya saat invasi terjadi.
Dalam kesempatan yang sama, Netanyahu juga mengatakan bahwa keamanan Israel tidak dapat dinegosiasikan terlepas dari perundingan damai yang sedang berlangsung.
Ia menegaskan, meski perundingan damai sedang berlangsung, Israel tetap berkomitmen terhadap keamanan wilayahnya.
“Saya ingin tegaskan: Kita sedang bernegosiasi, bukan memberi dan memberi. Ada area dimana kita bisa menunjukkan fleksibilitas, dan ada area dimana kita tidak bisa menunjukkan fleksibilitas. Dan kita menaatinya. Kita tahu betul bagaimana membedakan antara dua.” kata Netanyahu.
Dunia internasional khawatir perang regional antara Israel, Iran, Hizbullah, dan Poros Perlawanan akan segera pecah. Kekhawatiran ini tidak dapat dibendung karena masing-masing pihak bersikeras untuk saling berperang.
Negara-negara Barat juga berupaya meredakan ketegangan dengan melakukan pendekatan diplomatis. Upaya ini tampaknya cukup berhasil menunda perang yang sebelumnya diperkirakan akan terjadi pada awal Agustus.
Namun, sejumlah pihak kini mulai curiga akan terjadi perang setelah perundingan gencatan senjata antara Hamas dan Israel selesai. Negosiasinya sendiri kabarnya berjalan alot dengan banyaknya perbedaan pendapat di antara kedua belah pihak.
(blq/baca)