Yogyakarta, Pahami.id –
A mortir Diduga bahwa penghilangan era invasi militer Belanda yang ditemukan di Ngempak, Sleman, DIY Kegagalan untuk dihancurkan atau dinonaktifkan oleh polisi setempat melalui proses pembuangan pada hari Senin (11/8) sore.
Mortir dengan berat sekitar 400 kilogram ditemukan oleh penduduk di Umbrolis, Sleman, Sleman pada hari Minggu (10/8). Selanjutnya, objek itu segera ditransfer oleh pasukan polisi distrik DIY.
Proses hipotek itu sendiri diadakan hanya pada Senin malam. Lokasi aktivasi mortir terletak di sebuah bukit di daerah Besalen, Glagaharjo, Sleman.
Selama proses pembuangan, ledakan atau ledakan empat kali selama interval dari 16.00 WIB hingga 17:30 WIB.
Kepala Polisi Sleman, Komisaris Senior Edy Setianto Erning Wibowo mengatakan proses pembuangan oleh tim jibom Satbrimob DIY tidak membuat keputusan sampai harus dilanjutkan pada hari Selasa (12/8) di pagi hari.
“Pembuangan telah dilakukan empat kali tetapi belum menerima keputusan.
Erning mengatakan mortir itu ditemukan oleh penduduk yang diduga era pedagang Belanda II. Berdasarkan jenisnya, ini adalah kemungkinan bom pesawat.
“Ya, kami tidak tahu apa, karena saya telah dicoba oleh Jibom, sepertinya tidak meledak, jadi itu diulangi di keempat, tetapi masih tidak,” katanya.
“Ya, kekuatan besok ditambahkan,” katanya.
Erning memastikan bahwa proses pembuangan besok akan menggunakan prosedur yang sama seperti malam ini, di mana penduduk dalam radius 500 meter hingga 1 kilometer ditransfer ke tempat yang lebih aman.
Menurut Erning, ada 7 keluarga dari Glagaharjo dan 14 keluarga dari Wukirsari yang telah dipindahkan sore ini dan rencananya besok pagi.
Proses penonaktifan mortir dilakukan di lubang penggalian dengan kedalaman sekitar 30 meter. Petugas juga telah memasang jalur polisi sebagai tanda mendekati area pembuangan.
Polisi selama pembuangan pembuangan pada 12 Agustus juga akan memberikan skema regulasi lalu lintas.
“Dan saya memohon seluruh komunitas, Selasa rencana itu akan dijalankan lagi. Tolong untuk penduduk untuk sementara waktu tidak di lokasi pertama, seperti itu,” katanya.
(Kum/fra)