Jakarta, Pahami.id —
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin akan menghubungi RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) setelah ditemukannya gagal ginjal.
“Saya akan telepon teman-teman RSCM, yang saya dengar berbeda dengan penyakit gagal ginjal sebelumnya,” kata Budi di Puskesmas Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (6/8).
Budi mengatakan, kasus gagal ginjal tidak hanya terjadi di RSCM. Menurutnya, saat ini petugas kesehatan di Puskesmas sudah melakukan skrining secara besar-besaran.
“Ini sudah 200 juta Saring. Lebih dari 60 juta orang, nampaknya banyak anak yang mengidap gula darah tinggi, dulu baru sekarang diketahui. “Jadi kalau gula darah anak tinggi, ada kemungkinan dia terkena diabetes tipe 2. Nah, itu yang kami duga bisa terjadi di RSCM,” ujarnya.
Kata dia, kemungkinan anak-anak tersebut tidak dirawat karena tidak terdeteksi penyakitnya. Namun, sekarang orang-orang melakukannya Saring dan menunjukkan gagal ginjal, segera dirujuk ke RSCM.
“Jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit bukan tiba-tiba bertambah karena ada kejadian yang tidak biasa, tapi karena sebelumnya tidak terdeteksi. Sekarang lebih baik dideteksi, orang ketahuan lebih awal,” ujarnya.
Sebelumnya, fenomena anak cuci darah di RSCM ramai diperbincangkan di media sosial.
Dokter spesialis anak RSCM Eka Laksmi Hidayati mengaku membuka layanan cuci darah untuk anak. Ada sekitar 60 pasien yang menjalani terapi cuci darah di RSCM.
Rata-rata usianya 12 tahun ke atas. Jadi masuk kategori remaja, kata Eka dalam siaran langsung di akun Instagram resmi RSCM, Kamis (25/7).
Eka menegaskan, fenomena cuci darah anak di RSCM tidak ada hubungannya dengan kejadian gagal ginjal akut akibat obat sirup yang sempat populer beberapa tahun lalu.
Dijelaskannya, tidak semua rumah sakit menyediakan layanan cuci darah. Oleh karena itu, banyak pasien yang akhirnya dirujuk ke RSCM dan melihat adanya perbaikan.
“Referensinya banyak, karena tidak semua daerah mempunyai fasilitas ini [hemodialisa],” dia berkata.
(lna/fra)