Berita Mengenal Eritrea, Negara Tertutup yang Sulit Dikunjungi Seperti Korut

by

Jakarta, Pahami.id

Eritrea menjadi negara di benua itu Afrika yang sulit dikunjungi wisatawan asing karena kebijakannya yang sangat tertutup seperti Korea Utara.

Negara ini memiliki beberapa aturan bagi pengunjung yang ingin memasuki negaranya.


Negara yang berbatasan langsung dengan Ethiopia ini memiliki luas sekitar 117.600 kilometer persegi dan dihuni lebih dari enam juta orang.

Sebelumnya, Eritrea memperoleh kemerdekaan dari kendali kolonial Italia pada tahun 1941. Namun Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) baru mendeklarasikannya sebagai wilayah merdeka dari federasi Ethiopia pada tahun 1952.

Pengakuan PBB ini telah melalui berbagai liku-liku berdarah selama 30 tahun antara pemerintah Ethiopia dan rakyat Eritrea.

Mengutip dari situs badan intelijen Amerika Serikat (CIA), Eritrea menyetujui kemerdekaan dari Ethiopia melalui referendum pada tahun 1993.

Isaias Afewerki telah terpilih sebagai presiden pertama Eritrea sejauh ini.

Eritrea Di Bawah Afewerki

Afewerki adalah tokoh kunci dalam menyelesaikan masalah referendum dengan Ethiopia dan ditunjuk sebagai kepala negara Eritrea.

Kepemimpinan Afewerki disebut-sebut membawa budaya militer yang otokratis dan menindas. Situasi di Eritrea menjadi lebih rumit ketika perang di perbatasan Ethiopia pecah pada tahun 1998

Dia menciptakan program pendaftaran rancangan militer untuk warga sipil dan dinas nasional. Namun durasi programnya dikatakan tidak terbatas.

Peluncuran dari negara-negara AfrikaKepemimpinan Afewerki selama tiga dekade membuat negaranya mendapat julukan “Korea Utaranya Afrika”.

Ketika Afewerki menjadi pemimpin, ia tidak peduli dengan kritik atau keterlibatan komunitas internasional dalam menyelesaikan masalah konflik.

Bahkan, ia menolak re-demarkasi atau pembatasan yang dilakukan Komisi Perbatasan Eritrea-Ethiopia (EEBC) pada tahun 2007. Akibatnya, konflik di perbatasan terus terjadi.

Terakhir, Afewerki menyetujui perjanjian perdamaian dengan Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed pada tahun 2018. Hal ini membawa angin segar bagi Eritrea dan Ethiopia, yang telah terlibat dalam ketegangan selama tiga dekade.

Dewan Keamanan PBB (DK PBB) juga mencabut embargo senjata terhadap Eritrea yang diterapkan pada tahun 2009 untuk mengekang perilaku negara tersebut.

Bersambung di halaman berikutnya…


!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);

fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);