Berita Media Asing Soroti Tarung Politik Jokowi vs Klan Sukarno Akan Lanjut

by


Jakarta, Pahami.id

Media asing berbasis di Jepang, Nikkei Asiamenyoroti rivalitas politik antara keluarga Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan marga Presiden Pertama RI Sukarno yang merupakan keluarga Pimpinan Umum PDIP Megawati Soekarnoputri akan melanjutkan setelahnya Pemilu 2024.

Dalam artikel opini bertajuk ‘Bagaimana Politik Dinasti Membentuk Pemilihan Presiden di Indonesia’ yang terbit Minggu (25/2), para analis Nikkei Asia memaparkan sejarah politik Jokowi hingga saat ini mampu menjadi Presiden RI dua periode termasuk persaingannya dengan Megawati yang semakin terlihat jelang pemilu 2024.


Para pengamat menjelaskan, pada masa kepemimpinannya, khususnya pada periode kedua, Jokowi semakin terlihat berusaha mempertahankan pengaruhnya. Hal ini dikatakan semakin nyata ketika menantunya, Bobby Nasution, dan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, mengikuti Pilkada Medan dan Solo pada tahun 2020 dan memenangkan pertarungan tersebut.

Langkah Jokowi semakin kentara ketika putra ketiganya, Kaesang Pangarep diangkat menjadi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Para analis juga menyoroti taktik Jokowi, yang dianggapnya sebagai “perubahan arah” untuk mendukung mantan saingannya dua kali, Prabowo Subianto, dalam pemilihan presiden 2024 untuk mempertahankan kekuasaan.

Meski tak pernah menyatakan secara gamblang, namun tindakan Jokowi menyetujui putra sulungnya, Gibran sebagai calon wakil presiden Prabowo di Pilpres 2024, disebut-sebut merupakan respons nyata atas intrik politik yang dilakukannya.

Sebab, jika melihat sejarah, Jokowi masih berstatus kader PDIP dan harusnya mengikuti instruksi Megawati untuk mendukung calon presiden dari partai tersebut, Ganjar Pranowo.

Analisis Nikkei Asia juga membahas upaya untuk memastikan pemilu 2024 berlangsung dalam satu putaran dengan segala cara untuk mencegah dua pesaing lainnya membentuk aliansi oposisi pada putaran kedua.

Kolom media ini juga menyoroti pernyataan Profesor Masaki Okamoto dari Universitas Kyoto. Menurut Okamoto, jika pemilu dilanjutkan ke putaran kedua pada bulan Juni, hal ini akan memberikan peluang bagi partai lapis kedua dan ketiga untuk membentuk koalisi, atau membentuk gerakan oposisi.

“Untuk menghindari ketidakpastian ini, Jokowi memutuskan untuk memprioritaskan pertempuran yang singkat dan tegas,” kata Okamoto seperti dikutip Nikkei Asia.

Hingga Senin (26/2), berdasarkan penghitungan sementara hasil penghitungan suara Komisi Pemilihan Umum (KPU), pasangan Prabowo-Gibran memimpin sementara dengan perolehan 58 persen dari 77 persen suara.

Jika melihat hasil survei, Prabowo-Gibran memenuhi syarat untuk memenangkan putaran pemilu.

Meski begitu, KPU baru akan merilis secara resmi hasil perolehan suara pemilu pada 20 Maret mendatang.

“Pada akhirnya, Jokowi memenangkan pertarungan dengan Megawati, dan kemungkinan besar akan mendapatkan pengaruhnya setelah meninggalkan jabatannya,” tambah kutipan kolom tersebut.

(isa/rds)

!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);

fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);