Berita MbS Dituduh Palsukan Tanda Tangan Raja Salman Buat Serbu Yaman

by


Jakarta, Pahami.id

Putra Mahkota dan Perdana Menteri Arab SaudiMuhammad bin Salman (MBS), disebut memalsukan tanda tangan ayahnya, Raja Salman, untuk merealisasikan perang Yaman pada 2015.

Mantan kepala intelijen Saudi Saad al-Jabri mengatakan dalam film dokumenter BBC The Kingdom: The World’s Most Powerful Prince bahwa MbS memalsukan tanda tangan Raja Salman atas perintah kerajaan yang mengerahkan pasukan darat Riyadh di Yaman.


Al-Jabri menuturkan, saat itu dirinya selaku kepala intelijen telah membahas isu perang dengan penasihat keamanan nasional AS Susan Rice. Selama pembicaraan, Washington menekankan bahwa mereka hanya ingin mendukung kampanye udara, bukan invasi darat.

Namun, MbS yang saat itu menjabat Menteri Pertahanan disinyalir bertekad melancarkan perang. Dia kemudian dituduh menentang Washington dan membubuhkan tanda tangan palsu pada dekrit kerajaan atas nama ayahnya sendiri.

“Kami kaget ada keputusan kerajaan yang memperbolehkan intervensi darat,” kata Jabri BBC.

“Dia memalsukan tanda tangan ayahnya untuk menyetujui keputusan kerajaan,” lanjutnya seperti dikutip Mata Timur Tengah (MEE).

Al-Jabri mengklaim pernyataannya dalam film dokumenter itu benar karena dia memiliki sumber yang “dapat dipercaya dan dapat diandalkan”.

Middle East Eye belum dapat memverifikasi klaim ini secara independen.

Namun menyetujui klaim al-Jabri, mantan kepala badan intelijen Inggris MI6 John Sawers juga mengatakan kepada BCC bahwa keputusan kerajaan Saudi terkait perang Yaman bukanlah keputusan Raja Salman.

Ia mengaku tidak mengetahui apakah MbS memalsukan tanda tangan raja, namun “jelas bahwa ini adalah keputusan MbS untuk melakukan intervensi militer di Yaman.”

“Itu bukan keputusan ayahnya, meski ayahnya ikut terseret bersamanya,” kata Sawers.

Al-Jabri adalah mantan orang kedua di Kementerian Dalam Negeri Saudi. Saat itu, ia berada di bawah kepemimpinan Mohammed bin Nayef (MbN) yang menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri dan Wakil Perdana Menteri Pertama Arab Saudi.

Al-Jabri kini dicap sebagai pembelot Saudi. Dia menetap di Kanada setelah melarikan diri dari Negara Minyak pada tahun 2017.

Tak lama kemudian, MbN pun menjadi tahanan rumah.

Kepada salah satu media, al-Jabri mengaku MbS sudah lama memburu nyawanya. Kedua anaknya yang tinggal di Saudi juga terkena dampak pemenjaraan atas tuduhan bermotif politik untuk memaksanya kembali ke Saudi.

(blq/baca)