Berita Masih Jauh Disebut Pencurian Data

by


Jakarta, Pahami.id

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI menyatakan masih terlalu jauh untuk merampungkan keterlibatan dua warga negara Indonesia (WNI) dalam kasus dugaan pencurian informasi teknologi proyek jet bersama RI-RI.Korea SelatanKF-21.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Lalu Muhammad Iqbal meminta tak terburu-buru menghubungi kasus pencurian data tersebut. Sebab, belum ada hasil akhir dari verifikasi yang sedang berlangsung.


“Belum ada hasil akhir atau kesimpulan dari verifikasi ini. Oleh karena itu, terlalu jauh jika disebut sebagai kasus pencurian data,” kata Iqbal dalam rilis resmi, Jumat (15/3).

Namun Kementerian Luar Negeri RI membenarkan adanya dua WNI yang terlibat dalam dugaan pencurian informasi teknologi untuk proyek KF-21. Kedua WNI tersebut bekerja untuk proyek tersebut di Korea Aerospace Industries (KAI).

Iqbal juga mengatakan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) terus memantau dan mendampingi WNI tersebut sejak kasus tersebut mencuat. Di sisi lain, dia menegaskan tak akan membeberkan identitas detail WNI yang terlibat karena alasan pribadi.

Benar, saat ini ada dua orang WNI yang terkonfirmasi dalam kasus tersebut, kata Lalu Muhammad Iqbal.

Pernyataan tersebut muncul usai polisi Korea Selatan menggerebek markas Korea Aerospace Industries (KAI), tempat kedua WNI tersebut bekerja, Kamis (14/3).

Juru bicara KAI mengatakan perusahaannya “secara aktif bekerja sama” untuk memastikan dapat menyediakan semua yang dibutuhkan polisi, dikutip dari Reuters. Kedua WNI tersebut diperiksa setelah diduga mencoba mencuri informasi teknologi terkait KF-21.

Mereka ketahuan mencoba mengambil file terkait proyek yang disimpan di drive USB, seperti dikutip KSB World.

Pihak berwenang Korea Selatan mengatakan penyelidikan difokuskan pada mengidentifikasi dokumen spesifik yang coba dicuri oleh insinyur tersebut.

Ia juga mengatakan USB tersebut berisi dokumen umum, bukan dokumen terkait teknologi strategis yang dapat melanggar undang-undang kerahasiaan militer atau perlindungan industri teknologi pertahanan.

KF-21 merupakan proyek bersama antara Indonesia dan Korea Selatan. RI setuju untuk menanggung 20 persen dari total biaya senilai 1,7 triliun won. Indonesia kemudian akan menerima prototipe dan dokumen teknologi dari Korea Selatan.

Hingga Januari 2019, Indonesia telah membayar 227,2 miliar won. Namun, pemerintah Indonesia masih menunggak pembayaran sekitar satu triliun won karena kurangnya anggaran.

Sejak prototipe pertama selesai dibangun pada April 2021, KF-21 keenam berhasil terbang tahun lalu. Angkatan Udara Korea Selatan juga berencana mengerahkan 120 KF-21 pada tahun 2032.

(frl/bac)

!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);

fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);