Israel dan milisi Hamas Palestina sepakat untuk menerapkan gencatan senjata di Jalur Gaza lebih dari sebulan setelah keduanya berperang sejak 7 Oktober.
Qatar yang bertindak sebagai mediator antara keduanya menjelaskan bahwa gencatan senjata akan berlangsung selama empat hari ke depan dan dimulai dalam waktu 24 jam.
Sebelum kesepakatan tercapai, Israel dengan tegas menolak gencatan senjata di Gaza karena yakin hal itu hanya akan memberi waktu bagi Hamas untuk melancarkan serangan lebih lanjut ke wilayahnya.
Namun secara diam-diam, perundingan kedua belah pihak terus berlanjut, dimediasi oleh Qatar dan dibantu oleh Amerika Serikat dan Mesir.
Bagaimana kronologinya?
Menurut dua pejabat yang terlibat dalam perjanjian gencatan senjata, Qatar dilaporkan berkomunikasi langsung dengan Amerika Serikat tak lama setelah milisi Hamas melancarkan serangan terhadap Israel dan menyandera ratusan orang pada 7 Oktober.
Dalam komunikasi tersebut, Qatar dan AS membahas pembentukan tim kecil yang akan membantu merundingkan pembebasan para tahanan. Saat itu, lebih dari 200 orang di Israel disandera oleh Hamas, termasuk beberapa warga negara AS.
Upaya perundingan dari Qatar dan AS dilakukan secara rahasia dengan Israel dan Hamas hingga Presiden Joe Biden langsung melakukan perundingan diplomatiknya.
Pembentukan tim rahasia ini dimulai beberapa hari setelah tanggal 7 Oktober. Saat itu perundingan masih terfokus pada pembahasan pembebasan sandera karena banyak pihak asing seperti Prancis, Inggris, dan Thailand yang terlibat.
Meski begitu, Qatar disebut-sebut berusaha memasukkan topik gencatan senjata dalam setiap pembicaraan.
Negosiasi berlangsung secara rahasia dan sangat rahasia
Biden juga disebut diam-diam mengadakan beberapa pembicaraan darurat dengan Emir Qatar dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengenai sandera dan usulan gencatan senjata.
Negosiasi tersebut melibatkan negosiasi yang cermat selama beberapa jam antara Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Direktur CIA Bill Burns, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan, dan utusan AS untuk Timur Tengah Brett McGurk.
Sullivan memerintahkan McGurk dan pejabat Dewan Keamanan Nasional AS lainnya, Josh Geltzer, untuk membentuk tim kecil. Hal ini dilakukan tanpa memberi tahu lembaga terkait AS lainnya karena Qatar dan Israel bersikeras menjaga kerahasiaan dalam perundingan tersebut.
Pada tanggal 18 Oktober, Biden juga melakukan perjalanan ke Israel untuk berbicara empat mata dengan Netanyahu di Tel Aviv. Saat itu, pembebasan sandera dan bantuan kemanusiaan ke Gaza menjadi fokus pembicaraan keduanya.
Lima hari kemudian, pada tanggal 23 Oktober, Hamas setuju untuk membebaskan dua sandera Amerika tersebut.
Sejak itu, AS semakin mengandalkan Qatar untuk bertindak sebagai mediator dalam perundingan Israel-Hamas. Qatar telah lama menjadi negara penengah dalam beberapa konflik di Timur Tengah.
AS juga melihat peluang untuk membebaskan lebih banyak sandera dengan merundingkan gencatan senjata dan pertukaran tahanan.
Lanjutkan ke halaman berikutnya >>>
!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);
fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);