Berita Kota di Korsel Bikin Insentif Anti-Jomlo hingga Rp350 Juta

by


Jakarta, Pahami.id

Sebuah kota di Korea Selatan menawarkan insentif hingga 30 juta won atau setara Rp350 juta bagi warga yang memiliki pasangan baik pacar atau suami.

Pos Pagi Tiongkok Selatan (SCMP) melaporkan bahwa Saha, sebuah distrik di Kota Busan, menawarkan insentif ‘anti-lajang’ kepada penduduknya untuk mengurangi penurunan angka kelahiran di daerah tersebut.


Pemerintah Kabupaten Saha baru-baru ini mengeluarkan revisi anggaran sebanyak 30 juta won atau Rp349 juta yang akan disalurkan dalam program matchmaking tersebut.

Berdasarkan laporan tersebut SCMPDana tersebut akan diberikan secara bertahap kepada pasangan yang berpacaran hingga mereka menikah.

Rinciannya, pasangan yang setuju mengikuti program ini akan diberikan uang senilai 500.000 won atau Rp 5,8 juta. Kemudian, pasangan yang memutuskan menikah setelah mengikuti program akan mendapat tambahan 20 juta won atau Rp 233 juta. Uang ini diberikan sebagai “hadiah ucapan selamat”.

Selanjutnya, pengantin baru juga akan mendapat uang jaminan rumah sebesar 30 juta won atau Rp 349 juta atau 800.000 won (setara Rp 9,3 juta) per bulan untuk subsidi sewa rumah hingga lima tahun.

Program ini rencananya akan dimulai Oktober mendatang sebagai pilot project.

Warga yang ingin mengikuti program ini harus perempuan dan laki-laki berusia 24-43 tahun yang tinggal atau bekerja di Saha.

Peserta wajib mengisi formulir dan menjalani ujian serta wawancara jika mendaftar. Pemerintah kemudian akan memutuskan apakah mereka dapat berpartisipasi dalam program tersebut atau tidak.

Jumlah peserta yang mengambil bagian dalam proyek percontohan sejauh ini terbatas pada warga Korea Selatan. Namun, pemerintah Saha berencana memperluas program ini dengan melibatkan asing.

“Proyek ini bertujuan untuk mengatasi krisis kependudukan akibat menurunnya angka kelahiran dengan menciptakan komunitas lokal multikultural di masa depan,” kata Bupati Saha Lee Gap-jun kepada media.

“Dengan semakin jelasnya penurunan populasi lokal dan keseluruhan, ada tekad kuat untuk melanjutkan proyek ini,” lanjutnya.

Angka kelahiran di Korea Selatan anjlok ke level terendah pada tahun 2023. Rata-rata jumlah bayi yang lahir turun menjadi 0,72 dari 0,78 pada tahun 2022.

Para ahli mengatakan alasan rendahnya angka kelahiran di Korea Selatan adalah tingginya biaya penitipan anak dan tingginya harga properti. Masyarakat juga sulit mendapatkan gaji terbaik karena tingginya persaingan di dalam negeri.

Program insentif bagi pasangan yang sedang menjalin cinta dan menikah ini sebenarnya merupakan hal baru. Namun upaya untuk meningkatkan angka kelahiran di Korea Selatan telah dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah, salah satunya dengan menggelontorkan dana miliaran dolar untuk mensubsidi keluarga yang ingin menitipkan anaknya di tempat penitipan anak.

(blq/baca)