Jakarta, Pahami.id —
Ketua Manajemen Pusat muhammadiyah Haedar Nashir menilai wacana sertifikasi khatib yang muncul belakangan ini perlu dikaji ulang.
Padahal, lanjutnya, hal itu harusnya dihapuskan dan tidak boleh diwujudkan.
“Riset baik-baik, jangan langsung memutuskan. Malah lebih baik tidak,” kata Haedar di sela-sela pelantikan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya, Senin (12/9).
Sertifikasi khatib ini tercetus setelah kontroversi khatib yang juga Duta Khusus Presiden Bidang Kerukunan Umat Beragama dan Pengembangan Sarana Keagamaan, Miftah Maulana Habiburahman hangat dibicarakan masyarakat.
Miftah disebut sempat mengolok-olok penjual es teh saat belajar, lalu viral saat melakukan hal serupa kepada artis senior Suyati alias Yati Pesek. Setelah mendapat banyak tekanan dari masyarakat, Miftah mengumumkan akan mengundurkan diri sebagai utusan khusus presiden.
Haedar mengatakan, wacana sertifikasi khatib perlu dibahas secara matang terlebih dahulu. Ia tak ingin hal itu terwujud secara tergesa-gesa hanya karena satu atau dua kasus.
“Sebaiknya semua dibicarakan dan diputuskan secara matang, bukan karena satu atau dua kasus, baru kita menentukan pilihan secara lisan,” ujarnya.
Menurut Haedar, dari sertifikasi khatib, yang terpenting adalah bagaimana para tokoh agama dan elite bangsa Indonesia bisa memberikan teladan terhadap sifat-sifat yang bisa diteladani oleh masyarakat.
Tidak, sindirnya, justru menjadikan agama sebagai bagian dari hiburan atau konsumsi hiburan.
“Yang terpenting, seluruh elite agama dan elite nasional bisa menjadi teladan. Oleh karena itu, kita berharap agama bisa menjadi mercusuar kehidupan, bukan hiburan dalam hidup kita,” ujarnya.
(frd/anak)