Berita Kekeringan Parah di Spanyol, Warga Antre Air Kemasan

by


Jakarta, Pahami.id

Kekeringan parah melanda beberapa kota di sepanjang Costa Blanca, bahasa Spanyolakhir-akhir ini.

Situasi ini membuat warga kesulitan mendapatkan air ledeng sehingga harus antri panjang untuk mendapatkan air minum kemasan.

Laporan dari Reutersbeberapa wilayah di Spanyol baru-baru ini dilanda kekeringan akibat perubahan iklim, pembangunan berlebihan, dan pariwisata massal selama musim panas.


Para aktivis mengatakan, di kawasan Marina Alta, konsumsi air melonjak menjadi 19,67 miliar liter di bulan Juli, dari 2,3 miliar liter di bulan Januari.

Di kawasan ini terdapat hampir 38 ribu kolam renang atau setara dengan satu untuk setiap lima penduduk, berdasarkan catatan Statistik Nasional.

Rata-rata kolam renang di Spanyol mampu menampung hingga 35 orang.

Dewan kota di Spanyol percaya bahwa penggunaan kolam renang selama liburan musim panas telah menjadi salah satu penyebab kekeringan parah di wilayah tersebut.

Dewan kota juga meminta warga menghemat air dengan melarang warga mengisi kolam renang, menyiram taman, atau mencuci mobil di siang hari.

“Kita telah memasuki keadaan darurat iklim,” kata Joan Sala dari kelompok lingkungan hidup Accio Ecologicala-Agro Reuters.

Menurut Sala, curah hujan di wilayah utara Provinsi Alicante mengalami penurunan drastis dibandingkan tahun lalu. Selama periode ini, wilayah utara Alicante hanya menerima setengah jumlah curah hujan pada periode yang sama tahun 2023.

Jika dilihat rata-rata sepanjang tahun, curah hujan di kawasan ini hanya tercatat sebesar 10 persen.

“Perlu ada visi, karena sekarang di musim panas lebih banyak orang datang ke sini dibandingkan di musim dingin,” kata Fernando Sapena, pemilik restoran El Raco De L’arros di kota Teulada-Moraira.

Akibat kekeringan ini, pemerintah setempat tidak menganjurkan warga mengambil air keran untuk minum. Hal ini disebabkan salinitas atau kadar garam air meningkat seiring dengan turunnya permukaan air. Pihak berwenang juga membagikan air kemasan gratis.

Kekeringan ini sendiri tidak hanya menyulitkan warga mendapatkan air, tapi juga merugikan lahan pertanian. Menurut asosiasi petani ASAJA pada awal Juli, mereka telah kehilangan lebih dari 65 juta euro (Rp 1,1 triliun) di sektor pertanian di wilayah tersebut akibat kekeringan.

(blq/dna/bac)