Jakarta, Pahami.id —
Presiden Rusia VladimirPutin buka suara setelah pasukannya membombardir ibu kota Ukraina Kyiv pada Sabtu (27/12).
Putin menyampaikan pesan ancaman kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bahwa Moskow akan menggunakan kekuatan militer jika Kiev tidak serius dalam upaya perdamaian.
Zelensky sendiri dijadwalkan bertemu dengan Presiden AS Donald Trump pada Minggu (28/12) di Mar-a-Lago, untuk mencari kesepakatan mengenai proposal baru untuk mengakhiri konflik dengan Rusia.
Terdapat 20 poin rencana yang muncul dari perundingan intensif AS-Ukraina selama beberapa minggu terakhir, AFP melaporkan. Namun, rancangan rencana 20 poin tersebut belum disetujui oleh Moskow.
Ke kantor berita Rusia TASSPutin mengatakan bahwa Ukraina tidak ingin terburu-buru menuju perdamaian dan Moskow akan menggunakan kekuatan militernya jika Kyiv tidak ingin segera menyelesaikan konflik tersebut, dikutip dari Reuters.
Terkait berita rencana pertemuan antara Zelensky dan Trump, Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan Reuters.
Sementara itu, para komandan Rusia mengatakan kepada Putin selama inspeksi bahwa pasukan Rusia telah menguasai kota Myrnochard, Rodynske dan Arrenivka di wilayah timur Donetsk.
Pasukan Rusia juga mengklaim telah menguasai Huliaipole dan Stepnohirsk di wilayah Zaporizhzhia.
Namun, klaim Rusia untuk menguasai Huliaipole dan Stepnohirsk dengan cepat dibantah oleh Ukraina, dengan mengatakan bahwa itu adalah berita palsu.
Militer Ukraina mengatakan situasi di kedua tempat tersebut masih “sulit” namun “operasi pertahanan” masih dilakukan oleh pasukan Ukraina.
Pasukan Militer Komando Selatan Ukraina di media sosial Telegram mengonfirmasi bahwa “pertempuran sengit” masih berlangsung di Huliaipole.
“Sebagian besar Huliaipole terus dikuasai oleh Angkatan Pertahanan Ukraina,” kata Komando Selatan Ukraina dalam sebuah pernyataan.
Rusia sebelumnya mengebom kota Kyiv menggunakan 500 drone dan 40 rudal pada Sabtu malam.
Dalam pernyataannya di media sosial X, Zelensky mengatakan Moskow bahkan belum menghentikan agresinya menjelang Tahun Baru. Ia menilai serangan tersebut merupakan bentuk kekejaman yang harus dibalas dengan tindakan tegas dunia internasional.
“Jika Rusia mengubah periode Natal dan Tahun Baru menjadi masa kehancuran rumah, apartemen terbakar, dan pembangkit listrik rusak, maka aktivitas ‘sakit’ ini hanya dapat dijawab dengan tindakan yang benar-benar kuat,” tulis Zelenskiy, mendesak Amerika Serikat dan Eropa untuk meningkatkan tekanan terhadap Moskow, mengutip Reuters.
(membaca)

