Jakarta, Pahami.id —
Jurnalis foto Motaz Azaiza, seorang koresponden perang yang meliput kekejaman Israel di dalam Semenanjung Gazamemutuskan untuk meninggalkan daerah kantong tersebut.
Dalam video yang diunggah pada Selasa (23/1), Azaiza mengungkapkan dirinya harus mengungsi karena beberapa alasan.
“Saya harus pindah karena berbagai alasan, beberapa di antaranya Anda tahu tapi tidak semua,” katanya kepada X.
“Terima kasih semuanya. Doakan Gaza,” tulisnya lagi seperti dikutip Al ArabiyaSelasa (23/1).
Azaiza merupakan salah satu jurnalis yang menjadi media utama dalam meliput situasi Jalur Gaza saat invasi Israel sejak Oktober lalu.
Dia memberikan pembaruan langsung mengenai invasi Israel ke Gaza kepada lebih dari 18 juta pengikutnya di Instagram dan lebih dari satu juta pengikut di X.
“Ini terakhir kalinya Anda melihat saya mengenakan jaket yang berat dan bau ini,” kata Azaiza dalam postingan video di Instagram, mengacu pada jaket yang digunakan jurnalis di zona perang untuk mengidentifikasi diri mereka sebagai non-kombatan.
Dalam kesempatan itu, Azaiza mengaku sedih karena harus meninggalkan Gaza. Ia juga berharap bisa kembali membantu membangun kembali Gaza setelah perang.
Jutaan orang di seluruh dunia telah menyaksikan perang di Gaza melalui kacamata warga Palestina yang membagikan realitas keseharian mereka di media sosial.
Mereka menceritakan situasi dan keadaan sebenarnya di tengah konflik yang sudah berlangsung selama tiga bulan. Banyak netizen yang akhirnya lekat secara emosional karena pemberitaan yang mereka sampaikan.
Lebih dari 80 jurnalis, sebagian besar warga Palestina, tewas akibat serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober.
Berdasarkan data Reporters Without Borders (RSF), 18 orang di antaranya tewas saat bertugas.
Komisaris Hak Asasi Manusia PBB juga menyatakan keprihatinannya atas tingginya angka kematian pekerja media di Gaza.
10 minggu pertama perang adalah masa paling mematikan bagi jurnalis, dengan jumlah jurnalis terbanyak yang terbunuh dalam satu tahun di satu lokasi, menurut Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) yang berbasis di AS.
Pengadilan Kriminal Internasional pada tanggal 9 Januari mengkonfirmasi bahwa mereka sedang menyelidiki potensi kejahatan terhadap jurnalis sejak invasi Israel diluncurkan.
Sementara itu, Israel berulang kali membantah bahwa mereka membunuh para jurnalis tersebut, dan bersikeras bahwa mereka hanya menargetkan Hamas.
(blq/baca)
!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);
fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);